Ironis, Makam Kapitan Tionghoa Terakhir di Tangerang Tak Terawat
N/A • 5 May 2023 08:34
SHARE NOW
Makam Kapitein der Chinezen Tangerang terakhir Oey Kiat Tjin, terletak di daerah pemukiman padat penduduk di kecamatan Karawaci, Tangerang. Ironisnya makam tersebut telah menjadi pelataran parkir mobil, sekelilingnya dipenuhi oleh rerumputan liar, dan terlihat terbengkalai, serta menjadi sasaran vandalisme.
Banyak pemuda-pemudi merasa tersentuh dengan pemandangan tersebut, diantaranya seorang konten kreator budaya (Tionghoa Benteng) Elsa Novia Sena, baru-baru ini berinisiasi melakukan kegiatan sembahyang dan pembersihan makam Kapitan tersebut, demi menghormati dan mengenang jasa Kapitan der Chinezen Oey Kiat Tjin, dengan bekerja sama dan di bawah koordinasi Kepala Lurah Nusa Jaya Karawaci, mengajak warga setempat dan para simpatisan turut partisipasi.
Elsa mengatakan bahwa mengetahui adanya makam Kapitan Oey Kiat Tjin ini karena sebelumnya mengikuti Pemilihan Cide Kode Benteng 2023, dan waktu itu mereka juga sempat melakukan sembahyang serta bergotong-royong membersihkan makam.
Elsa mengaku sedih melihat kondisi makam Kapitan yang dipenuhi puing-puing bangunan dan sampah yang berserakan. Oleh sebab itu, Ia memutuskan untuk kembali melakukan kegiatan serupa, diharapkan dengan dilakukannya kegiatan ini dapat mendorong orang Tionghoa Benteng, terutama generasi muda lebih mengetahui dan mengenal Kapitan Tangerang terakhir Oey Kiat Tjin, sehingga beliau tidak dilupakan oleh dunia.
Sementara itu, menurut Kepala Lurah Nusa Jaya Karawaci Alby Nur Muhammad, pemerintah kota Tangerang telah berkoordinasi dengan Balai Pelestarian Cagar Budaya bersama Dinas Pariwisata dan Kebudayaan terkait menetapkan makam Kapitan Oey Kiat Tjin sebagai cagar budaya kota Tangerang pada 2020 lalu.
Namun, hal ini sempat terhenti karena pandemi dan dilanjutkan lagi di 2022 kemarin. Alby menambah, kini sudah ada progres dan bentuk kajian, namun ada satu hal yang kurang yaitu status tanah dan harus dikuatkan dengan persetujuan keluarga, yakni cicit keturunan dari Oey Kiat Tjin tersebut.
Menurut catatan sejarah, Kapitan Oey Kiat Tjin yang berasal dari Kabupaten Changtai, Provinsi Zhangzhou ini pernah tergabung sebagai anggota Asosiasi Pertanian Tangerang yang diketuai oleh Kan Hok Hoei pada 1926 silam. Media berbahasa Belanda pada masa itu memberitakan bahwa pada 11 Agustus 1928, penguasa tanah Karawaci yang terkenal Oey Kiat Tjin terpilih sebagai Kapitan der Chinezen Tangerang.
Beliau yang menyelesaikan pendidikan terakhir di Eropa ini baru berusia 37 tahun ketika menjabat sebagai Kapitan. Oey Kiat Tjin menggantikan jabatan lama almarhum ayahnya yakni Oey Djie San. Setelah wafat, makam Oey Kiat Tjin dimakamkan pada 1936 dengan letak posisi di arah barat laut dan menghadap ke arah tenggara, hal ini juga menunjukkan bahwa makam tersebut sudah lebih dari 80 tahun lamanya.
Menurut informasi, para ahli cagar budaya telah melakukan survei, dan makam Kapitan tersebut dinyatakan memiliki nilai sejarah bagi kota Tangerang. Sementara itu, seorang Penggiat Peranakan Tionghoa Benteng Aconk menjelaskan bahwa Oey Kiat Tjin adalah seorang tokoh masyarakat di zaman kolonial Belanda yang memiliki kontribusi besar terhadap perkembangan masyarakat Tionghoa di Tangerang.
Dia menekankan bahwa tugas dan tanggung jawab sebagai keturunannya harus bisa menjaga dan melestarikan makam serta bangunannya, karena menurutnya bangunan tersebut memiliki nilai filosofis dan simbolik yang sangat tinggi sebagai suatu bentuk keberadaan masyarakat Tionghoa peranakan Tionghoa Benteng yang sudah ada sejak lama.
Kapitan beristilah sebagai kepala pimpinan, yang mengacu pada sistem kepala daerah yang dilakukan oleh VOC Hindia Belanda di Negara jajahan. Dimana orang Tionghoa yang datang berbisnis, mencari nafkah, atau menetap ditunjuk sebagai kepala daerah untuk membantu pemerintah kolonial Belanda dalam menangani urusan mereka.
Kemakmuran perdagangan Batavia pada masa penjajahan Belanda tidak terlepas dari kontribusi orang Tionghoa. Agar lebih akrab dengan orang Tionghoa dan menangani komunitas Tionghoa secara tertib, maka dipilihlah para pemimpin komunitas Tionghoa yang paling berpotensi dan diberi gelar “Kapitein der Chinezen” atau Kapitan Tionghoa.
Selain itu, selama 200 tahun pemerintahan kolonial Belanda berkuasa, diketahui terpilih sebanyak 20 Kapitan di Batavia yang memainkan peran penting dalam berbagai tahap perkembangan komunitas Tionghoa pada masa itu, dan hampir semua peristiwa bersejarah Tionghoa dapat menemukan jejak mereka.
Diantaranya Kapitan Oey Kiat Tjin yang juga merupakan salah satu bagian penting dari sejarah peradaban Tangerang.