19 September 2024 10:26
Kerja sama Amerika Serikat dan Indonesia dalam bidang energi telah berjalan selama puluhan tahun. Saat ini kedua negara fokus bermitra dalam transisi ke energi bersih. Namun skema Kemitraan Transisi Energi yang Adil, tidak secepat yang diharapkan.
Ketika diluncurkan pada 2022, skema Kemitraan Transisi Energi yang Adil (JETP) membawa optimisme bagi Indonesia. Sembilan negara maju yang diketuai Amerika Serikat dan Jepang, berkomitmen mengucurkan US$20 miliar atau Rp310 triliun, supaya Indonesia bisa memangkas emisi karbon.
Indonesia adalah penyumbang emisi terbesar kelima di dunia. Pemerintah menyatakan butuh sekitar US$100 miliar guna mengurangi 43,2% emisi pada 2030 dengan bantuan internasional.
Dua tahun negosiasi, Indonesia telah menyusun Rencana Investasi dan Kebijakan Komprehensif (Comprehensive Investment and Policy Plan atau CIPP) yang berisi sekitar 400 proyek yang siap didanai.
Namun komitmen uang yang terkumpul dari Amerika Serikat dan negara-negara lain, masih sangat kecil, menurut pakar energi Indonesia, Fabby Tumiwa, saat menghadiri konferensi iklim di University of Maryland. Meski tidak secepat harapan, Dia menilai skema JETP masih berada pada jalurnya.
Per Juli 2024, Amerika Serikat menyetujui kucuran dana US$1 miliar atau Rp 16 triliun untuk mendanai sejumlah proyek transisi energi di Indonesia. Salah satunya adalah Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) Ijen di Jawa Timur.
Baca juga: Indonesia Masih Tunggu Pembiayaan Murah untuk Hentikan Pembangkit Batu Bara
|