30 November 2025 14:51
Jakarta: Cicak, hewan reptil kecil yang sering terlihat merayap di dinding rumah, ternyata memiliki serangkaian kemampuan biologis dan fisika yang luar biasa. Kemampuan ini menjadi kunci keberhasilan mereka dalam bertahan hidup dan beradaptasi dengan lingkungan perkotaan maupun alam.
Gaya Van der Waals adalah gaya tarik antarmolekul yang lemah. Jutaan bulu halus (setae) berukuran mikroskopis di telapak kaki cicak menciptakan area permukaan yang sangat luas. Ketika bulu-bulu halus ini bersentuhan dengan permukaan dinding, mereka menghasilkan daya tarik fisik yang kuat melalui Gaya Van der Waals, sehingga memungkinkan cicak menempel dengan kokoh.
Sebagai mekanisme pertahanan diri yang efektif terhadap predator, cicak memiliki kemampuan untuk melepaskan ekornya secara sukarela, sebuah proses yang disebut Autotomi. Ekor yang terlepas akan terus bergerak-gerak, berfungsi mengalihkan perhatian hewan pemangsa, dan memberikan waktu yang cukup bagi cicak untuk melarikan diri ke tempat aman.
Keunikan lainnya, ekor yang telah terlepas tersebut dapat tumbuh kembali (regenerasi) seiring waktu, meskipun struktur tulang dan kulitnya mungkin sedikit berbeda dari ekor asli.
Cicak juga memiliki fitur unik pada kulit dan matanya. Kulit cicak diketahui bersifat sangat hidrofobik (anti air). Sifat ini membuat permukaan kulit cicak tidak dapat dibasahi oleh air dan selalu bersih dari debu atau kotoran.
Sementara itu, mata cicak menjadi unik karena tidak memiliki kelopak mata yang dapat berkedip. Untuk menjaga kelembapan dan kebersihan mata dari debu, cicak memiliki mekanisme pembersih diri yang khas, yaitu dengan cara menjilat matanya menggunakan lidah. Kedua fitur ini menjadikan cicak sebagai paket self-cleaning (pembersih diri) yang lengkap di antara reptil.
Hewan kecil ini membuktikan diri sebagai superhero fisika dan survival yang tangguh di lingkungan rumah.