22 April 2025 19:04
Jakarta: Suasana duka mendalam menyelimuti Gereja Katedral Jakarta pasca wafatnya pemimpin tertinggi umat Katolik Paus Fransiskus pada usia 88 tahun. Sejak tadi pagi, puluhan umat terus berdatangan untuk menyalakan lilin, mengheningkan cipta, dan memanjatkan doa bagi keselamatan jiwa sang Paus.
Tangis haru dan suasana hening menyelimuti ruang doa di dalam Gereja. Di depan altar, sebuah foto Paus Fransiskus disandingkan dengan bunga dan lilin menyala, menjadi pusat perhatian umat yang datang memberikan penghormatan terakhir.
Salah seorang umat, Henry, menyampaikan kesan mendalam atas sosok Paus Fransiskus.
"Saya barusan dari Kedutaan Vatikan, mendoakan beliau sekaligus mengirimkan kata-kata kenangan. Pulang dari kedutaan, saya mampir ke Katedral untuk berdoa sekali lagi. Beliau sangat berarti bagi kami," ujar Henry dikutip dari Newsline Metro TV pada Selasa, 22 April 2025.
| Baca Juga: Mengenal Kardinal Charles Maung Bo, Calon Paus dari Myanmar |
Bagi umat Katolik seperti Henry, kepergian Paus Fransiskus adalah kehilangan besar. Sosoknya yang dikenal sederhana, rendah hati, dan penuh kasih telah menjadi teladan hidup selama masa kepemimpinannya.
"Kami memanggilnya Papa Fransisco. Ketika beliau datang ke Indonesia tahun lalu, kami menyambutnya dengan hangat. Doa untuk kesehatan beliau selalu kami panjatkan. Makanya ketika kabar wafatnya datang begitu tiba-tiba, kami sangat terpukul," lanjut Henry.
Paus Fransiskus dikenal sebagai pemimpin rohani yang menjunjung tinggi nilai kemanusiaan, keadilan sosial, dan perdamaian dunia. Dalam kehidupan sehari-harinya, ia bahkan menolak atribut kepausan yang mewah.
"Beliau itu tidak memakai sepatu merah seperti Paus terdahulu, hanya sepatu hitam sederhana yang sudah pudar warnanya. Itu teladan nyata bagi kami semua," kenang Henry.
Doa-doa terus dipanjatkan oleh umat yang datang silih berganti. Mereka berharap Paus Fransiskus mendapat tempat terbaik di sisi Tuhan dan pesan-pesan kasihnya terus hidup dalam kehidupan umat Katolik di seluruh dunia.