Meski pemerintah gencar membangun rumah sakit premium di dalam negeri, warga Indonesia tetap memilih berobat ke Malaysia. Alasannya? Pelayanan cepat, biaya transparan, teknologi medis canggih, hingga kepercayaan yang sudah terbangun. Fenomena itu jadi tantangan besar bagi sektor kesehatan nasional.
Seperti mantan duta besar Indonesia untuk Selandia Baru Tantowi Yahya. Dirinya membuat sebuah video dirinya berobat di Penang, Malaysia. Ia melakukan medical check up di salah satu rumah sakit internasional.
Dalam video yang viral di TikTok tersebut, Tantowi mengaku tidak heran melihat 80 persen pasien rumah sakit adalah warga Indonesia.
“Dari Medan terutama, ada juga dari kota lain seperti Palembang, Kalimantan, Bali, bahkan Papua. Setelah saya melakukan observasi, paling tidak ada tiga hal utama dan tiga hal tambahan yang membuat banyak masyarakat kita yang berkunjung ke Penang untuk berobat,” tuturnya dalam video.
“Pertama adalah tingkat akurasi yang tinggi, barangkali karena mesin-mesin modern yang mereka gunakan dan dikombinasikan dengan dokter-dokter hebat dan profesional,” bubuhnya.
Kedua berobat di Malaysia menurutnya sangat cepat. Ia mengaku waktu tunggu tidak mencapai lima menit. “Waktu tunggu dari bilik ke bilik kadang kurang dari lima menit. Rangkaian seluruhnya hanya empat jam. Jadi kalau check-in pukul 07.00, jam 11.00 sudah ada hasil,” ucapnya.
Alasan ketiga adalah tingkat kepercayaan. Pasien-pasien mempunyai tingkat kepercayaan yang tinggi terhadap hasil yang dihasilkan oleh
medical check up ataupun pengobatan. “Rasa percaya itu tumbuh dan semakin tinggi hingga masyarakat kita kembali ke sini,” kata dia.
Faktor tambahan lainnya adalah biaya pengobatan yang murah. Menurutnya biaya pengobatan bisa 30 persen lebih murah dari biaya seharusnya. Bahkan 50% lebih murah daripada Singapura.
Ketua Umum Ikatan Dokter Indonesia dr. Slamet Budiarto mengatakan 90 persen pelayanan kesehatan di Indonesia masih menggunakan BPJS. Dalam konteks pengobatan swasta, pelayanan kesehatan di Malaysia lebih baik daripada Indonesia.
“Namun bila kita lihat pelayanan
BPJS Indonesia jauh lebih bagus daripada Indonesia. Kalau ketemu dokter spesialis pada hari itu juga pasien bisa menemui dokter spesialis, tapi kalau Pak Tantowi di Selandia Baru mau ketemu dokter spesialis di sana kan susahnya setengah mati,” ujar dr. Slamet.
Mengenai pelayanan kesehatan swasta ada beberapa hal yang mempengaruhi di antaranya pelayanan. “Memang di sana (Malaysia) mulai dari pasien datang hingga keluar itu betul-betul menjaga. Terkait dengan negara hadir dengan memberikan pemberian insentif-insentif pajak, kemudian pembelian alat dan obat dibebaspajakkan di sana. Itu sangat mempengaruhi sekali,” tambah dia.