Perlambatan Pertumbuhan Ekonomi Tiongkok Berpotensi Berdampak ke AS

Ilustrasi. FOTO: AP

Perlambatan Pertumbuhan Ekonomi Tiongkok Berpotensi Berdampak ke AS

Angga Bratadharma • 15 August 2023 19:04

Washington: Menteri Keuangan Amerika Serikat (AS) Janet Yellen mengatakan pertumbuhan Tiongkok yang melambat, perang Rusia di Ukraina, dan bencana terkait perubahan iklim dapat menimbulkan risiko bagi perkembangan ekonomi secara global. Meski demikian, dia optimistis secara keseluruhan tentang ekonomi AS.

Melansir The Business Times, Selasa, 15 Agustus 2023, Yellen tidak berkomentar langsung mengenai berita bahwa pengembang real estat swasta terbesar di Tiongkok, Country Garden, sedang berusaha untuk menunda pembayaran obligasi swasta di darat, yang memicu kekhawatiran tentang penularan.

Namun, dia mengatakan, perlambatan Tiongkok dapat memiliki efek limpahan di Amerika Serikat, tetapi akan berdampak terbesar pada tetangganya di Asia. "Meski begitu, saya merasa sangat baik tentang prospek AS secara keseluruhan," tutur dia.

Lebih lanjut, ia tak menampik masih ada ada risiko resesi di Amerika Serikat. Akan tetapi, dia meyakini pertumbuhan ekonomi di Negara Paman Sam tetap sehat dan pasar kerja sangat kuat.

Pertumbuhan ekonomi AS jadi sumber ketahanan

Di sisi lain, Janet Yellen menyatakan, pertumbuhan ekonomi AS dan kenaikan upah harus berfungsi sebagai sumber ketahanan untuk bergerak maju, bahkan jika ekonomi terus mendingin. "Saya masih percaya bahwa ada jalan untuk terus menurunkan inflasi sambil mempertahankan pasar tenaga kerja yang sehat," tutur dia.

"Meskipun ada risiko, bukti yang kami lihat sejauh ini menunjukkan kami berada di jalur tersebut," ujar Yellen.

Perekonomian terbesar di dunia itu telah menentang ekspektasi perlambatan dengan meningkat pada kuartal kedua tahun ini. Hal itu didukung oleh investasi bisnis dan belanja konsumen. Selain itu, pasar tenaga kerjanya juga tetap kuat.

Kekuatan datang meskipun upaya pembuat kebijakan untuk mengurangi permintaan dan mengendalikan inflasi memicu harapan kampanye agresif kenaikan suku bunga bank sentral akan menurunkan kenaikan harga tanpa memicu resesi besar.

Yellen mencatat dalam sambutannya inflasi tahunan sekarang hampir enam poin persentase di bawah puncaknya 9,1 persen pada Juni 2022, sementara ekonomi terus berkembang. "Penghasilan riil rata-rata per jam juga meningkat selama setahun terakhir, membalikkan beberapa ketidaksetaraan upah yang terakumulasi di beberapa dekade terakhir," ucap dia.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Angga Bratadharma)