Polisi menangkap Dokter PPDS tersangka pemerkosaan terhadap keluarga pasien. MTVN/P Aditya
Riza Aslam Khaeron • 11 April 2025 13:45
Jakarta: Kasus pemerkosaan pasien Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS) Bandung yang melibatkan dokter peserta Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) Universitas Padjadjaran, Priguna Anugrah Pratama (PAP), menguak kemungkinan gangguan seksual yang jarang dikenal publik, somnofilia.
Dugaan ini muncul usai pemeriksaan awal oleh Direktorat Reserse Kriminal Umum (Ditreskrimum) Polda Jawa Barat terhadap pelaku.
"Dari pemeriksaan beberapa hari ini memang kecenderungan pelaku ini mengalami sedikit kelainan dari segi seksual. Nanti kita akan perkuat dengan pemeriksaan dari psikologi forensik," ujar Surawan dalam konferensi pers di Bandung, Rabu, 9 April 2025.
Konon, kelainan seksual yang diderita disebut somnofilia. Berikut penjelasan lebih lanjut tentang kelainan sesual yang diduga diderita pelaku.
Somnofiliam, ketertarikan Seksual terhadap Orang Tertidur
Mengutip
Psychology Today pada Kamis, 10 April 2025, somnofilia adalah ketertarikan seksual di mana seseorang terangsang oleh gagasan berhubungan seksual dengan seseorang yang sedang tidur. Dalam beberapa kasus, fantasi ini bisa berlangsung secara konsensual, tetapi dalam bentuk non-konsensual, somnofilia dapat menjadi bentuk pelanggaran seksual.
Psikolog Justin J Lehmiller menjelaskan bahwa somnofilia dapat hadir dalam berbagai bentuk.
"Somnofilia bisa muncul dalam bentuk aktif dengan pasangan yang tidak menyetujui, yang menjadikannya bentuk kekerasan seksual," tulis Lehmiller.
Lehmiller juga mengungkap bahwa somnofilia non-konsensual memiliki kemiripan psikologis dengan necrophilia, ketertarikan terhadap jenazah.
"Keduanya sama-sama menyasar pasangan pasif yang tidak bisa menolak atau melawan," ujarnya.
Dalam studi yang dikutipnya, ditemukan korelasi antara ketertarikan terhadap somnofilia non-konsensual dengan biastofilia, yaitu ketertarikan seksual terhadap tindakan pemerkosaan. Ini menunjukkan bahwa motif somnofilia bisa berakar dari dorongan psikologis yang kompleks.
Meski begitu, tidak semua bentuk somnofilia bersifat kriminal. Lehmiller menegaskan bahwa dalam konteks BDSM yang konsensual, somnofilia dapat menjadi bagian dari permainan dominasi-submisi, terutama jika pelaku dan pasangannya menyepakati batas dan peran.
"Somnofilia, seperti kebanyakan fantasi seksual lainnya, memiliki akar psikologis yang beragam. Peran yang diambil—aktif atau pasif—dan ada tidaknya persetujuan adalah elemen penting dalam memahaminya," tulis Lehmiller.
Penting untuk dicatat bahwa minat terhadap somnofilia non-konsensual jauh lebih jarang dibandingkan dengan bentuk yang konsensual. Hal ini menunjukkan bahwa ketertarikan pada somnofilia secara umum belum tentu menandakan kecenderungan melakukan kekerasan seksual.
Somnofilia kini menjadi perbincangan serius dalam ranah hukum dan medis, khususnya setelah dugaan kasus kekerasan seksual yang terjadi saat korban dalam kondisi tidak sadar. Meski istilah ini jarang dikenal, pemahaman publik terhadap fenomena ini menjadi krusial dalam rangka perlindungan dan keadilan bagi korban.