Fakta-fakta Kardinal Peter Turkson, Calon Paus dari Ghana yang Disebut sebagai Penerus Agenda Fransiskus

Kardinal Peter Kodwo Appiah Turkson. Dok. Vaticannews

Fakta-fakta Kardinal Peter Turkson, Calon Paus dari Ghana yang Disebut sebagai Penerus Agenda Fransiskus

M Rodhi Aulia • 22 April 2025 17:04

Jakarta: Kardinal Peter Kodwo Appiah Turkson menjadi salah satu tokoh yang paling diperbincangkan sebagai calon kuat pengganti Paus Fransiskus. Sosok ini bukan hanya berasal dari Afrika — sebuah benua yang menjadi pusat pertumbuhan iman Katolik paling pesat saat ini — tapi juga dikenal luas karena rekam jejaknya yang kaya dalam isu sosial, lingkungan, dan keadilan global. Banyak pihak menilai Turkson bisa melanjutkan arah Gereja yang lebih terbuka terhadap dunia dan berbagai tantangan modern.

Dikenal sebagai tokoh progresif yang tetap menjaga nilai-nilai tradisional Gereja, Kardinal Turkson memadukan akar lokal dan visi global. Ia telah berkiprah dalam berbagai forum internasional, dari Perserikatan Bangsa-Bangsa hingga Forum Ekonomi Dunia di Davos. Namun, ia juga tetap lantang menyuarakan prinsip-prinsip Katolik mengenai kehidupan, keluarga, dan martabat manusia.

Berikut ini sejumlah fakta penting tentang Kardinal Peter Turkson yang dikutip dari College of Cardinals Report:

1. Lahir dari Keluarga Lintas Iman

Kardinal Peter Turkson lahir pada 11 Oktober 1948 di Nsuta-Wassaw, Ghana, sebagai anak dari keluarga besar yang mencerminkan keberagaman agama. Ayahnya seorang Katolik, ibunya pindah agama dari sekte Metodis, dan pamannya seorang Muslim. “Saya sangat memahami perlunya hidup berdampingan dengan orang-orang dari berbagai latar belakang,” katanya.

Baca juga: Fakta-fakta Profil Calon Paus dari Asia, Kardinal Luis Antonio Tagle

2. Memulai Pendidikan Imamat Sejak Usia 14 Tahun

Turkson masuk seminari minor saat masih berusia 14 tahun, lalu melanjutkan ke seminari regional di Ghana dan kemudian ke seminari Fransiskan di New York. Ia ditahbiskan sebagai imam pada 1975, lalu dikirim ke Roma untuk studi lanjutan di Institut Alkitab Kepausan (Biblicum).

3. Gagal Raih Gelar Doktor karena Dipanggil Jadi Uskup

Pada 1987, ia kembali ke Roma untuk meraih gelar doktor, tetapi rencana itu terhenti karena Yohanes Paulus II menunjuknya menjadi uskup pada 1992. Gelar doktor pun tidak diselesaikannya demi melayani panggilan baru itu.

4. Menjadi Kardinal di Usia Relatif Muda

Ia ditunjuk menjadi Kardinal-Imam San Liborio pada tahun 2003 oleh Paus Yohanes Paulus II saat usianya baru 55 tahun. Jabatan ini membuatnya menjadi salah satu kardinal dari Afrika yang paling menonjol.

5. Berperan Kunci dalam Pemilu Damai di Ghana

Sebagai Ketua Dewan Perdamaian Nasional Ghana (NPC) dari 2006-2010, Turkson membantu negara tersebut menyelenggarakan pemilihan presiden secara damai pada tahun 2008, “meskipun ada ketegangan di seluruh negeri.”

6. Pernah Menjadi Prefek “Super Dikasteri” Vatikan

Pada 2017, ia ditunjuk sebagai prefek pertama Dikasteri untuk Pembangunan Manusia Integral, gabungan dari beberapa dewan kepausan. Posisi ini menjadikannya tokoh sentral dalam reformasi kuria Paus Fransiskus.

7. Aktif dalam Isu Sosial, HAM, dan Ekologi

Turkson aktif menyuarakan isu hak asasi manusia, ekologi, dan korupsi. Ia sangat mendukung Laudato Si’ dan menekankan bahwa “ekologi manusia,” khususnya perlindungan kehidupan manusia, tetap yang utama.

8. Tidak Kaku terhadap Isu Seksualitas dan Kontrasepsi

Meski menyuarakan pandangan tradisional mengenai pernikahan dan imamat, ia “secara signifikan melonggar” pandangan terhadap homoseksualitas dan bersikap permisif soal kontrasepsi dalam kondisi tertentu. Namun, ia tetap menolak aborsi dan eutanasia.

9. Menjadi Kanselir Akademi Kepausan Sejak 2022

Setelah mengundurkan diri sebagai prefek pada 2022, Turkson diangkat menjadi kanselir Akademi Kepausan Ilmu Pengetahuan dan Ilmu Sosial, menggantikan Uskup Sorondo. Ia menyelenggarakan konferensi tentang iklim, keuangan berkelanjutan, perdamaian, hingga isu disabilitas.

10. Wajah Vatikan di Forum Internasional

Ia menjadi representasi Vatikan di Forum Ekonomi Dunia (WEF) Davos dan bekerja sama dengan Dewan Kapitalisme Inklusif. Meski mendapat kritik dari kiri dan kanan, keterlibatan ini menunjukkan tekadnya untuk membawa suara Gereja ke ranah global.

11. Dikenal Sebagai Kardinal “Globalis Moderat”

Turkson sering dianggap sebagai figur yang "selaras dengan kaum politik kiri, kaum globalis, dan mereka yang peduli lingkungan di panggung dunia." Jika terpilih menjadi Paus, banyak pihak memperkirakan ia akan melanjutkan garis reformasi dan keterbukaan Paus Fransiskus, namun dengan pendekatan yang lebih berbasis keadilan sosial dan kemanusiaan.

Apakah dunia akan segera menyaksikan Paus pertama dari Afrika dalam sejarah modern? Dengan rekam jejak dan reputasinya, Kardinal Peter Turkson menjadi nama yang tak bisa diabaikan dalam konklaf mendatang.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(M Rodhi Aulia)