Fakta-fakta Profil Calon Paus dari Asia, Kardinal Luis Antonio Tagle

Kardinal Luis Antonio Gokim Tagle. Dok. RCAM

Fakta-fakta Profil Calon Paus dari Asia, Kardinal Luis Antonio Tagle

M Rodhi Aulia • 22 April 2025 16:38

Jakarta: Pemilihan Paus yang baru akan menjadi sorotan dunia. Salah satu nama kuat yang disebut-sebut dalam konklaf mendatang adalah Kardinal Luis Antonio Gokim Tagle dari Filipina. Dikenal sebagai “Fransiskus dari Asia,” Tagle adalah salah satu tokoh Gereja Katolik paling menonjol dari benua Asia saat ini. Dengan pengalaman luas, pendidikan teologis yang mendalam, serta kepribadian yang hangat dan mudah didekati, Tagle memiliki daya tarik kuat, baik di dalam maupun luar Vatikan.

Lahir di Manila pada 21 Juni 1957, pria yang kini berusia 67 tahun itu telah menempuh jalan panjang dari seminari lokal hingga menduduki posisi prestisius di Vatikan. Penunjukannya sebagai kardinal oleh Paus Benediktus XVI pada 24 November 2012 menjadi titik balik penting dalam karier gerejawi Tagle, yang kini menjadi pro-prefek Dikasteri untuk Evangelisasi dan menyandang gelar Kardinal-Uskup.

Berikut 10 fakta penting tentang Kardinal Tagle yang dikutip dari College of Cardinals Report:

1. Latar Belakang Multikultural dan Keluarga Elit

Kardinal Tagle memiliki darah campuran Filipina dan Tionghoa. Kakeknya dari pihak ayah berasal dari keluarga kelas atas Filipina, sementara nenek dari pihak ibu berasal dari keluarga Tionghoa kaya yang berimigrasi ke Filipina. Ia memiliki seorang saudara kandung dan akrab dipanggil “Chito”.

2. Nyaris Jadi Dokter

Tagle awalnya bercita-cita menjadi dokter. Namun, panggilan hidupnya berubah setelah secara tidak langsung diajak masuk seminari. Ia pernah mengatakan, “Saya agak ‘tertipu’ untuk mempertimbangkan masuk seminari,” dan menambahkan dengan tawa bahwa ini adalah contoh “bagaimana ‘lelucon’ tentang Tuhan dan orang lain dapat memengaruhi kehidupan seseorang.”

Baca juga: Lima Prosedur Penting Setelah Wafatnya Paus, Termasuk Penyegelan Tempat Tinggal

3. Dibentuk oleh Para Jesuit

Pendidikan awal Tagle dipengaruhi oleh para Jesuit. Ia belajar di Seminari San José dan Universitas Ateneo de Manila. Setelah ditahbiskan menjadi imam pada tahun 1982, ia menjadi pembimbing spiritual dan dosen di seminari sebelum menjadi rektor antara tahun 1983–1985.

4. Pendidikan Teologis di AS

Atas arahan uskupnya, Tagle melanjutkan studi ke Amerika Serikat. Ia menyelesaikan lisensi teologi pada 1987 dan doktoralnya pada 1991 di bawah bimbingan Joseph Komonchak. Disertasinya membahas kolegialitas episkopal dalam doktrin dan praktik Paus Paulus VI.

5. Terkait Erat dengan Aliran Progresif

Tagle dikenal sebagai salah satu tokoh “Aliran Bologna,” yang memandang Konsili Vatikan II sebagai momen perubahan besar dalam Gereja. Ia bekerja selama 15 tahun bersama Giuseppe Alberigo dalam proyek penelitian sejarah Vatikan II.

6. Meniti Karier Gerejawi di Filipina

Setelah kembali ke tanah air, Tagle menjabat berbagai posisi termasuk Vikaris Episkopal untuk Religius dan pastor paroki katedral di Imus. Pada 2001, ia diangkat sebagai uskup Imus oleh Paus Yohanes Paulus II, dan sepuluh tahun kemudian menjadi Uskup Agung Manila.

7. Aktif di Dunia Internasional

Tagle adalah anggota Komisi Teologi Internasional dan aktif dalam Sinode Uskup tentang Evangelisasi, Keluarga, Kaum Muda, hingga Amazon. Pada 2015, ia terpilih sebagai presiden Caritas Internationalis, dan kembali terpilih pada 2019, sebelum diberhentikan oleh Paus Fransiskus pada 2022.

8. Penunjukan di Vatikan dan Gelar Tertinggi

Pada 2019, Tagle diminta tinggal di Roma sebagai Prefek Kongregasi untuk Evangelisasi Bangsa-Bangsa. Pada 2020, ia diangkat sebagai Kardinal-Uskup—tingkatan tertinggi dalam jenjang kardinal—yang menempatkannya dalam posisi strategis jika para kardinal memilih melanjutkan arah reformasi ala Paus Fransiskus.

9. Kharismatik namun Penuh Kontradiksi

Tagle dikenal karismatik, emosional, dan dekat dengan umat muda. Ia “sering menunjukkan sisi yang menyenangkan, seperti saat menari dengan kaum muda, atau merayakan Misa dengan cara yang sederhana dan santai.” Namun, posisinya terhadap isu moral terkadang dinilai tidak konsisten, seperti pada isu Komuni bagi pasangan yang tidak menikah secara sakramental, dan homoseksualitas. Ia berkata bahwa Gereja harus “belajar dari ajarannya tentang belas kasihan karena adanya ‘pergeseran dalam kepekaan budaya dan sosial’.”

10. Poliglot yang Cakap Bernegosiasi

Selain bahasa ibu Tagalog, Tagle fasih dalam bahasa Inggris, Italia, Prancis, Korea, Mandarin, dan Latin. Dikenal sebagai negosiator ulung, ia mampu menggunakan taktik politik dengan canggih namun tetap menjaga kesan hangat dan sederhana.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com
Viral!, 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(M Rodhi Aulia)