Presiden Suriah Ahmad al-Sharaa. Foto: Anadolu
Muhammad Reyhansyah • 27 August 2025 11:27
Damaskus: Presiden Suriah Ahmad al-Sharaa, menegaskan bahwa negaranya tidak akan bergabung dengan Abraham Accords untuk menormalisasi hubungan dengan Israel.
Dalam wawancara dengan majalah Saudi Al-Majalla yang dikutip Anadolu, Rabu, 27 Agustus 2025, Sharaa mengatakan konflik Suriah dengan Israel berbeda dari negara Arab lain yang menandatangani kesepakatan tersebut.
“Kesepakatan itu ditandatangani oleh negara-negara yang tidak memiliki tanah terjajah atau konflik langsung dengan Israel. Situasi Suriah berbeda, kami memiliki Dataran Tinggi Golan yang masih diduduki,” ujar Sharaa.
Sharaa menegaskan, strategi Suriah adalah menerapkan kebijakan “zero problems” dengan tetangga, tetapi normalisasi dengan Israel tidak masuk agenda.
Ia menekankan bahwa prioritas Damaskus adalah menghidupkan kembali Perjanjian Disengagement 1974 yang dimediasi PBB, atau perjanjian serupa untuk menstabilkan wilayah selatan Suriah dengan pengawasan internasional.
Abraham Accords merupakan kesepakatan yang ditengahi Amerika Serikat pada masa Presiden Donald Trump pada 2020, dan ditandatangani oleh Uni Emirat Arab, Bahrain, Sudan, serta Maroko untuk menormalisasi hubungan dengan Israel.
Sharaa juga mengungkap rencananya menghadiri Sidang Umum PBB di New York pada September mendatang, yang akan menjadi penampilan pertama presiden Suriah sejak 1967. Menurutnya, hal ini menjadi simbol bahwa Suriah mulai keluar dari isolasi diplomatik.
“Partisipasi ini sendiri adalah pesan bahwa Suriah tidak lagi terisolasi,” kata Sharaa.
Ia menambahkan bahwa dalam beberapa tahun terakhir, hubungan Suriah dengan AS, Turki, Arab Saudi, UEA, Qatar, dan sejumlah negara Eropa mulai terbuka kembali.