Studi: Produk Tembakau Alternatif Bisa Kurangi Beban Biaya Kesehatan

ilustrasi

Studi: Produk Tembakau Alternatif Bisa Kurangi Beban Biaya Kesehatan

Al Abrar • 24 February 2025 18:56

Jakarta: Beralih ke produk tembakau alternatif yang lebih rendah risiko, seperti rokok elektronik dan produk tembakau yang dipanaskan, dinilai dapat berkontribusi dalam menurunkan biaya perawatan kesehatan.

Hal itu terungkap dalam kajian ilmiah yang dilakukan oleh Prof. Francesco Moscone dari Brunel University London. Dalam penelitian berjudul "Does Switching to Reduced Risk Products Free up Hospital Resources? A Reflection using English Regional Data", yang diterbitkan dalam British Journal of Healthcare Management, Moscone menunjukkan bahwa peralihan dari rokok konvensional ke produk tembakau alternatif berpotensi mengurangi risiko penyakit akibat merokok hingga 70 persen.

Moscone menjelaskan bahwa kebiasaan merokok menjadi penyebab utama berbagai penyakit serius, seperti kanker, penyakit jantung, stroke, bronkitis kronis, dan emfisema. Penyakit-penyakit tersebut memberikan beban besar terhadap layanan kesehatan di Inggris, khususnya pada National Health Service (NHS), yang saat ini berada di bawah tekanan tinggi.

"Kanker, penyakit jantung, stroke, bronkitis kronis, dan emfisema adalah lima kategori penyakit utama yang disebabkan oleh kebiasaan merokok. Penyakit-penyakit ini memberikan beban signifikan pada NHS yang kita tahu sudah berada di bawah tekanan yang semakin meningkat," ujar Moscone.

Menurut data, kebiasaan merokok menyebabkan sekitar 74.600 kematian per tahun di Inggris. Pada periode 2019–2020, terdapat 506.100 pasien yang dirawat di rumah sakit akibat penyakit yang terkait dengan merokok. NHS harus mengeluarkan anggaran sekitar GBP 2,5 miliar (setara Rp49,5 triliun) per tahun untuk menangani masalah kesehatan akibat rokok.

Dengan skenario setengah dari jumlah perokok beralih ke produk tembakau alternatif, NHS diperkirakan dapat menghemat sekitar GBP 518 juta (sekitar Rp10,2 triliun) per tahun. Bahkan, jika hanya 10 persen perokok yang beralih, NHS masih bisa menghemat GBP 103 juta (sekitar Rp2 triliun).

“Jika perokok beralih ke produk rendah risiko, tekanan pada NHS akan berkurang secara signifikan, dan sumber daya rumah sakit yang sangat dibutuhkan dapat dialokasikan untuk perawatan lain,” jelas Moscone.

Indonesia Diminta Pertimbangkan Strategi Pengurangan Risiko
Menanggapi temuan ini, Ketua Masyarakat Sadar Risiko Indonesia (MASINDO), Dimas Syailendra, menilai pendekatan pengurangan risiko bisa menjadi strategi efektif dalam menekan prevalensi merokok di Indonesia.

“Di Indonesia, Penyakit Tidak Menular (PTM) merupakan penyebab kematian tertinggi, seperti penyakit jantung, kanker, stroke, dan diabetes. PTM ini dipicu oleh gaya hidup yang tidak sehat, termasuk kebiasaan merokok. Maka, biaya kesehatan yang diakibatkan oleh PTM ini pastilah sangat besar dan membebani anggaran kesehatan nasional,” ujar Dimas dalam keterangannya, Senin,  24 Februari 2025. 

Dimas menambahkan sejumlah negara seperti Inggris, Jepang, Selandia Baru, dan Filipina telah menerapkan strategi pengurangan risiko dengan mendorong perokok beralih ke produk tembakau alternatif.

“Di negara-negara tersebut, upaya menurunkan prevalensi merokok dilakukan dengan mendorong pemanfaatan produk tembakau alternatif sebagai upaya mengurangi bahaya merokok. Hal tersebut mereka lakukan karena adanya dukungan dari hasil penelitian dan kajian ilmiah di negaranya,” ungkapnya.

Dimas berharap pemerintah Indonesia dapat mempertimbangkan kebijakan serupa untuk menekan biaya kesehatan akibat penyakit yang berhubungan dengan rokok. Namun, ia juga menegaskan pentingnya regulasi yang ketat agar produk tembakau alternatif tidak disalahgunakan, terutama oleh anak-anak.

“Pemerintah harus tetap mengatur batasan usia pengguna, agar memastikan produk alternatif tidak diakses oleh anak-anak,” tutupnya.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com
Viral!, 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(Al Abrar)