Israel Perluas Operasi Darat di Gaza di Tengah Serangan Roket dari Yaman

Israel terus perluas operasi militer di Gaza. Foto: EFE-EPA

Israel Perluas Operasi Darat di Gaza di Tengah Serangan Roket dari Yaman

Fajar Nugraha • 21 March 2025 11:06

Gaza: Militer Israel pada Kamis 20 Maret 2025 memperluas operasi darat di Jalur Gaza setelah melaporkan adanya intersepsi rudal dari Yaman. Sementara kelompok Hamas mengklaim meluncurkan roket ke Tel Aviv sebagai respons atas meningkatnya korban jiwa akibat serangan udara Israel.

Serangan roket dari Hamas menjadi tanggapan militer pertama mereka terhadap meningkatnya jumlah korban sipil akibat dimulainya kembali pengeboman dan operasi darat Israel di Gaza pekan ini.

Operasi darat di Gaza Selatan dan korban jiwa meningkat

Pada Kamis malam, militer Israel menyatakan pasukan mereka memulai "aktivitas darat" di wilayah Shabura, Rafah, kota paling selatan di Gaza yang berbatasan dengan Mesir.

"Sebagai bagian dari operasi ini, pasukan membongkar infrastruktur teroris," ujar pernyataan militer Israel, menambahkan bahwa mereka juga melanjutkan operasi di Gaza utara dan tengah, seperti dilansir dari Channel News Asia, Jumat 21 Maret 2025.

Israel sebelumnya menutup rute utama utara-selatan di Gaza sebagai bagian dari perluasan operasi yang kembali dilancarkan sejak Rabu.

Menurut Badan Pertahanan Sipil Gaza, sebanyak 590 orang tewas sejak Selasa, termasuk lebih dari 190 anak-anak dan remaja di bawah usia 18 tahun. Angka ini merupakan salah satu yang tertinggi sejak konflik meletus lebih dari 17 bulan lalu, dimulai dengan serangan Hamas di wilayah Israel.

Sayap bersenjata Hamas, Brigade Ezzedine al-Qassam, mengklaim telah meluncurkan roket ke Tel Aviv sebagai balasan atas apa yang mereka sebut sebagai "pembantaian terhadap warga sipil di Gaza."

Intersepsi rudal dari Yaman dan dukungan AS untuk Israel

Militer Israel juga mengonfirmasi telah mencegat sebuah rudal yang ditembakkan dari Yaman. Kelompok pemberontak di Yaman yang didukung Iran mengklaim serangan tersebut sebagai aksi solidaritas bagi rakyat Palestina. Ini adalah kali kedua dalam sehari rudal dari Yaman berhasil diintersep.

Di tengah eskalasi ini, Presiden Amerika Serikat Donald Trump menyatakan dukungan penuh terhadap operasi Israel di Gaza. 

"Presiden Trump sepenuhnya mendukung operasi terbaru Israel di Gaza," kata Juru Bicara Gedung Putih Karoline Leavitt ketika ditanya apakah AS berupaya mengembalikan gencatan senjata di wilayah tersebut.

Israel juga mengklaim telah menewaskan Rashid Jahjouh, kepala badan keamanan internal Hamas, melalui serangan udara dalam beberapa hari terakhir.
Di Gaza utara, seorang warga bernama Alaa Abu Nasr mengungkapkan bahwa 17 anggota keluarganya tewas dalam serangan udara Israel. 

"Mereka menargetkan warga sipil, bukan pejuang," ujarnya di tengah puing-puing bangunan.


Warga Gaza mengungsi di tengah serangan

Juru bicara militer Israel, Avichay Adraee, mengatakan di platform X bahwa pasukan Israel memulai operasi darat di Gaza tengah dan selatan untuk memperluas "zona keamanan" antara wilayah utara dan selatan.

Pergerakan di Jalan Salaheddin, rute utama yang menghubungkan Gaza utara dan selatan, dilarang "demi keselamatan" warga, tambahnya.

Warga terlihat meninggalkan wilayah utara menuju selatan melalui bagian jalan yang masih terbuka di dekat kamp pengungsi Nuseirat di Gaza tengah. Mereka menggunakan gerobak yang ditarik keledai, membawa barang-barang pribadi mereka.

Di Gaza selatan, militer Israel memperingatkan warga untuk mengungsi dari Bani Suheila sebelum melancarkan serangan terhadap militan yang diduga menembakkan roket dari daerah padat penduduk.

David Mencer, juru bicara pemerintah Israel, menyatakan bahwa militer Israel kini mengendalikan wilayah Gaza tengah dan selatan serta berupaya memperluas "zona keamanan" sebagai penyangga antara bagian utara dan selatan.

Seorang pejabat Kementerian Dalam Negeri Gaza mengatakan pasukan Israel telah menutup Persimpangan Netzarim, yang terletak di selatan Kota Gaza di sepanjang Jalan Salaheddin.

Menurut pejabat tersebut, tank Israel telah dikerahkan di persimpangan tersebut setelah sebelumnya dikawal oleh kontraktor keamanan swasta Amerika yang ditarik mundur pada Februari lalu, saat gencatan senjata berlangsung.

Kebuntuan negosiasi dan seruan internasional

Gencatan senjata yang dimulai pada 19 Januari mengalami kebuntuan setelah tahap pertama, di mana Israel membebaskan tahanan Palestina sebagai imbalan bagi pembebasan sandera mereka yang ditahan Hamas.

Israel menolak negosiasi untuk tahap kedua dan menuntut pembebasan seluruh sandera sebagai syarat utama. Di sisi lain, Hamas bersikeras melanjutkan pembicaraan menuju fase berikutnya.

Dalam pertemuan Dewan Keamanan PBB, mantan sandera Israel Eli Sharabi mendesak komunitas internasional untuk "membawa pulang mereka semua," merujuk pada puluhan sandera yang masih ditahan di Gaza. Sharabi menceritakan bahwa ia "dirantai, kelaparan, dipukuli, dan dihina" selama penahanannya oleh Hamas.

Presiden Israel Isaac Herzog mengkritik kebijakan Perdana Menteri Netanyahu, yang ia sebut sebagai upaya menciptakan perpecahan di dalam negeri. 

"Tidak terbayangkan untuk melanjutkan pertempuran sementara kita masih menjalankan misi suci membawa pulang para sandera," tegasnya.

Hamas menyerukan negara-negara Arab dan Islam untuk mengambil langkah cepat di forum internasional guna menghentikan serangan Israel.

Sementara itu, Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei menyebut serangan terbaru Israel di Gaza sebagai "kejahatan yang mengerikan" dan menuduh AS ikut bertanggung jawab.

Sejak serangan Hamas ke Israel pada 7 Oktober 2023 yang menewaskan 1.218 orang, sebagian besar warga sipil, situasi di Gaza terus memburuk. Menurut Kementerian Kesehatan Gaza yang dikelola Hamas, jumlah korban tewas di wilayah tersebut telah mencapai 49.617 orang sejak perang dimulai.

(Muhammad Reyhansyah)

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Fajar Nugraha)