Warga Sudan mengungsi akibat krisis yang melanda di El-Fasher. Foto: Anadolu
Muhammad Reyhansyah • 14 November 2025 17:40
Khartoum: Ketua Dewan Kedaulatan Transisi Sudan, Abdel Fattah al-Burhan, pada Kamis, 13 November 2025 mengatakan warga sipil yang mengungsi terpaksa menempuh perjalanan ribuan kilometer demi melarikan diri dari serangan kelompok paramiliter Rapid Support Forces (RSF).
“Warga yang secara paksa dipindahkan dari El-Fasher, Bara, dan Al-Nahud tidak pergi ke Nyala atau Al-Fula atau ke wilayah mana pun yang berada di bawah kendali milisi di kota-kota Darfur atau Kordofan Barat,” ujar Burhan melalui platform X yang dikutip Anadolu, Jumat, 14 November 2025.
Ia menekankan bahwa para pengungsi “memilih untuk berjalan ribuan kilometer menuju daerah-daerah yang berada di bawah kendali negara dan pasukan pemerintah, di mana mereka mendapatkan keamanan dan kebutuhan dasar untuk hidup.”
Pada bulan lalu, RSF merebut El-Fasher, ibu kota Darfur Utara, dan melakukan pembantaian, menurut laporan organisasi lokal dan internasional. Serangan tersebut memicu peringatan bahwa aksi itu dapat memperkuat pembelahan wilayah di Sudan.
Organisasi Internasional untuk Migrasi melaporkan hampir 89.000 orang mengungsi dari El-Fasher dan sekitarnya sejak bulan lalu, dengan total jumlah pengungsi dalam negeri telah melampaui 10 juta jiwa.
Dari 18 negara bagian di Sudan, RSF kini menguasai seluruh lima negara bagian di kawasan Darfur, kecuali beberapa wilayah utara Darfur Utara yang masih dipertahankan oleh militer. Sementara itu, angkatan bersenjata Sudan menguasai sebagian besar dari 13 negara bagian lainnya di selatan, utara, timur, dan pusat, termasuk ibu kota Khartoum.
Sejak 15 April 2023, militer Sudan dan RSF terlibat dalam perang yang belum dapat dihentikan meskipun berbagai upaya mediasi regional dan internasional telah dilakukan. Konflik tersebut telah menewaskan ribuan orang dan memaksa jutaan lainnya mengungsi.