PM Jepang Shigeru Ishiba. (Yeni Safak)
Willy Haryono • 6 August 2025 15:44
Hiroshima: Jepang kembali menyerukan dunia bebas senjata nuklir dalam peringatan 80 tahun tragedi bom atom Hiroshima, yang digelar di Taman Perdamaian Hiroshima pada Rabu, 6 Agustus 2025.
Perdana Menteri Shigeru Ishiba menegaskan kembali komitmen negaranya terhadap pelucutan senjata nuklir global. Ia menekankan bahwa Jepang adalah satu-satunya negara yang pernah mengalami serangan bom atom saat perang berlangsung.
"Saat saya mengunjungi Museum Peringatan Perdamaian Hiroshima, saya kembali meneguhkan tekad bahwa penderitaan dan kenangan yang tak tertahankan ini tidak boleh dilupakan dan harus diwariskan kepada generasi mendatang," ujar Ishiba dalam upacara resmi, dikutip dari Yeni Safak.
"Delapan puluh tahun telah berlalu sejak bom atom dijatuhkan di Hiroshima, yang seketika mengubah kota ini menjadi tanah hangus. Saya dengan hormat menyampaikan belasungkawa kepada para arwah yang kehilangan nyawa mereka," tulisnya kemudian di platform media sosial X.
Upacara dimulai tepat pukul 08.15 waktu setempat, bertepatan dengan waktu ketika bom dijatuhkan oleh Amerika Serikat pada 6 Agustus 1945. Ledakan tersebut menghancurkan sebagian besar kota dan menewaskan sekitar 140.000 orang hingga akhir tahun itu.
Puluhan ribu lainnya meninggal dunia akibat penyakit yang berkaitan dengan paparan radiasi dalam dekade berikutnya.
Sekitar 55.000 orang menghadiri upacara tahun ini. Wali Kota Hiroshima, Matsui Kazumi, secara simbolis menambahkan daftar korban terbaru ke dalam cenotaph taman perdamaian. Kini terdapat 349.246 nama yang terdaftar.
Dalam deklarasi perdamaian yang dibacakannya, Kazumi menyerukan para pemimpin dunia untuk datang langsung ke Hiroshima dan menyaksikan sendiri dampak nyata senjata nuklir. Ia juga mendorong terbentuknya kerangka keamanan internasional baru yang didasarkan pada dialog dan rasa saling percaya.
Jumlah korban selamat dari bom atom di Hiroshima dan Nagasaki terus menurun, kini tercatat kurang dari 100.000 orang, dengan usia rata-rata lebih dari 86 tahun. Hal ini membuat para pejabat dan aktivis semakin menekankan pentingnya pelestarian kisah dan pengalaman mereka untuk generasi masa depan.
Baca juga: PM Jepang Shigeru Ishiba Tekankan Pentingnya Cegah Perang Dunia III