Pemerintah Perlu Genjot Kapasitas Pabrik di Tengah Pemberlakuan Tarif AS

Ketua Umum Kadin Indonesia Anindya Novyan Bakrie. Foto: MI/Naufal Zuhdi.

Pemerintah Perlu Genjot Kapasitas Pabrik di Tengah Pemberlakuan Tarif AS

Naufal Zuhdi • 8 August 2025 15:46

Jakarta: Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Anindya Novyan Bakrie mengungkapkan pemerintah harus memikirkan bagaimana untuk meningkatkan kapasitas pabrik setelah berlakunya tarif resiprokal AS sebesar 19 persen.
 
"Yang paling penting buat kita secara prinsip, kita sudah tahu di mana kita. Sekarang bukan saja bertahan, kita sudah mesti memikirkan meningkatkan kapasitas daripada pabrik. Karena kalau tidak, (kita) kehilangan kesempatan," ucap pria yang akrab disapa Anin itu saat ditemui di Skuadron 17 Landasan Udara (Lanud) Halim Perdanakusuma, Jakarta, Jumat, 8 Agustus 2025.
 
Di samping itu, Anin mengingatkan agar pemerintah mesti mewaspadai impor ilegal yang dikhawatirkan terjadi dari berlakunya perjanjian tarif nol persen untuk barang impor AS ke Indonesia.
 
"Tapi juga kita mesti waspada terhadap misalnya ada impor-impor yang ilegal. Itu benar-benar kita mesti jaga. Sehingga kita pas adu investasi untuk kapasitas produksi lebih, itu bisa mendapatkan manfaat untuk perdagangan dan tenaga kerja," cetus Anin.
 

Baca juga: Tarif AS Merusak Tatanan Perdagangan Global


(Ilustrasi, aktivitas perdagangan. Foto: Medcom.id)
 

Masih nego penurunan tarif

 
Sementara itu, Wakil Ketua Umum Koordinator Bidang Pembangunan Manusia, Kebudayaan, dan Pembangunan Berkelanjutan Kadin Indonesia Shinta Widjaja Kamdani mengungkapkan pemerintah saat ini masih terus mengupayakan produk-produk komoditas tertentu yang masih bisa mendapatkan peluang penurunan tarif resiprokal.
 
"Pemerintah juga masih mengupayakan apakah ada produk-produk komoditas tertentu yang kita masih mendapatkan penurunan lagi resiprokal tarif tersebut walaupun mungkin sampai nol (persen) seperti critical mineral, kopi, (dan) komoditas yang tidak diproduksi di Amerika. Jadi itu masih ada upaya untuk mendapatkan penurunan lebih banyak dari segi tarif," beber Shinta.
 
Kendati demikian, dirinya juga mengapresiasi upaya pemerintah yang telah melakukan negosiasi tarif resiprokal dari yang sebelumnya 32 persen menjadi 19 persen.
 
"Kita sudah mengajukan produk-produk HS Code apa yang kemudian tidak diproduksi di Amerika kita bisa minta penurunan lebih jauh dari segi tarif. Itu sudah kami sampaikan kepada pemerintah. Jadi tinggal negosiasinya saja akan terus berlanjut," tutur Shinta.
 
Selain itu, Shinta menyampaikan pihaknya bersama dengan pemerintah akan terus berupaya melakukan deregulasi untuk meningkatkan perdagangan dan juga investasi yang didapatkan.
 
"Karena ini jelas akan membantu dari segi nanti tidak hanya perdagangan tapi juga dari segi kita mau menarik lebih banyak investasi ke Indonesia," tegas dia.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com
Viral!, 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(Husen Miftahudin)