Microsoft cabut kerja sama dengan militer Israel. Foto: Anadolu
Muhammad Reyhansyah • 26 September 2025 17:30
Washington: Microsoft pada Kamis, 25 September 2025 mengumumkan pemutusan sejumlah layanan untuk unit militer Israel yang diduga menggunakan sistem pengawasan guna memantau jutaan panggilan warga Palestina di Gaza dan Tepi Barat.
“Saya ingin memberitahu bahwa Microsoft telah menghentikan dan menonaktifkan serangkaian layanan kepada sebuah unit di bawah Kementerian Pertahanan Israel (IMOD),” ujar Brad Smith, Wakil Ketua sekaligus Presiden Microsoft, dalam pernyataan resminya yang dikutip Anadolu, Jumat, 26 September 2025.
Langkah tersebut diambil setelah The Guardian pada 6 Agustus melaporkan bahwa militer Israel menggunakan platform cloud Azure untuk menyimpan data panggilan telepon hasil pengawasan massal terhadap warga sipil.
Smith menjelaskan bahwa perusahaan meninjau tuduhan itu dengan berpegang pada dua prinsip utama: privasi sebagai hak mendasar dan fondasi kepercayaan pelanggan.
“Pertama, kami tidak menyediakan teknologi untuk memfasilitasi pengawasan massal terhadap warga sipil. Prinsip ini kami terapkan di setiap negara, konsisten selama lebih dari dua dekade,” tulisnya.
Dalam tinjauan internal, Microsoft menegaskan tidak pernah mengakses konten pelanggan IMOD. Pemeriksaan difokuskan pada catatan internal perusahaan, termasuk dokumen keuangan dan komunikasi. Hasilnya menemukan bukti bahwa IMOD memang menggunakan layanan penyimpanan Azure di Belanda serta teknologi kecerdasan buatan.
“Karena itu, kami telah memberi tahu IMOD mengenai keputusan Microsoft untuk menghentikan langganan tertentu beserta layanan terkait, termasuk penggunaan cloud storage dan layanan AI,” kata Smith.
Ia menambahkan bahwa Microsoft telah meninjau keputusan ini bersama pihak IMOD, dan memastikan layanannya tidak digunakan untuk pengawasan massal terhadap warga sipil. Namun, Smith menekankan langkah ini tidak memengaruhi kerja sama Microsoft dalam bidang keamanan siber bagi Israel maupun negara lain di Timur Tengah, termasuk dalam kerangka Perjanjian Abraham.
Smith mengapresiasi laporan The Guardian dan menyebut tinjauan masih berlangsung. “Kami akan membagikan rincian lebih lanjut dalam beberapa hari dan minggu ke depan,” pungkas Smith.