Netanyahu Ingin Evakuasi dan Ambil Alih Gaza Meski Ditentang Kepala IDF

Kepala IDF, Eyal Zamir (Kiri), Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu (Tengah), dan Menteri Pertahanan Israel, Israel Katz (Kanan). (Maayan Toaf / Kanto Pers Pemerintah Israel)

Netanyahu Ingin Evakuasi dan Ambil Alih Gaza Meski Ditentang Kepala IDF

Riza Aslam Khaeron • 6 July 2025 11:01

Tel Aviv: Di tengah kabar datangnya gencatan senjata yang semakin dekat, Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, dilaporkan semakin keras mendorong rencana evakuasi massal penduduk Gaza ke wilayah selatan dan mengambil alih kendali penuh atas Jalur Gaza

Informasi detail mengenai perdebatan ini pertama kali terungkap lewat bocoran sumber yang hadir dalam rapat kabinet Israel, lalu dilaporkan Channel 12 dan Channel 13 media Israel pada Kamis malam, 3 Juli 2025. Usulan Netanyahu menuai penolakan tajam dari Kepala Staf Pasukan Pertahanan Israel (IDF), Letjen Eyal Zamir.

Netanyahu meminta IDF untuk segera menyiapkan rencana evakuasi besar-besaran dan menegaskan tidak akan ada kompromi terhadap kekuasaan Hamas di Gaza.

"IDF dan negara Israel yang akan menguasai Gaza. Saya tidak ingin pemerintahan militer, tetapi saya ingin memindahkan warga Gaza ke wilayah sipil yang besar. Saya tidak mau meninggalkan Hamas dalam bentuk apa pun," ujar Netanyahu, dikutip media TOI, 4 Juli 2025.

Namun, Letjen Zamir menyatakan keraguan dan memperingatkan risiko kekacauan jika evakuasi massal benar-benar dilakukan. Zamir menekankan besarnya beban logistik dan politik jika dua juta warga Gaza harus dikelola oleh militer Israel.

"Apakah ingin pemerintahan militer di Gaza? Siapa yang akan mengatur dua juta orang?" ujar Zamir.

Netanyahu menegaskan, apabila evakuasi tidak dijalankan, maka seluruh wilayah Gaza harus direbut secara militer—langkah yang selama ini disebut Netanyahu dihindari karena risiko terhadap para sandera yang masih ditahan Hamas.

"Alternatif dari evakuasi ke selatan adalah merebut seluruh Jalur Gaza, dan itu berarti membunuh para sandera, yang tidak saya inginkan dan tidak siap saya lakukan," ujar Netanyahu, dikutip Media Israel, 4 Juli 2025.

Zamir mengingatkan kabinet bahwa pengendalian jutaan warga Gaza yang lapar dan marah sangat berisiko, bisa memicu hilangnya kendali hingga perlawanan terbuka terhadap pasukan Israel.

"Kita perlu membahas ini. Kita belum menyetujui rencana ini. Mengendalikan orang-orang yang lapar dan marah dapat menyebabkan hilangnya kendali, dan akibatnya mereka bisa berbalik melawan IDF," ujar Zami.
 

Baca Juga:
20 Peserta Aksi Bela Palestina di London Ditangkap Polisi

Netanyahu tetap memerintahkan agar IDF menyiapkan rencana evakuasi besar-besaran sesegera mungkin. Ia secara spesifik meminta agar dokumen rencana tersebut sudah bisa ia tinjau setelah dirinya kembali dari kunjungan ke Washington pada Kamis, 10 Juli 2025.

"Siapkan rencana evakuasi—saya ingin melihatnya sepulang dari Washington," ujar Netanyahu.

Pertemuan kabinet diwarnai ketegangan antara Zamir dan menteri-menteri garis keras seperti Ben Gvir dan Smotrich, yang menuduh Zamir sengaja memperlambat operasi di Gaza. Smotrich bahkan mendesak IDF untuk mengepung Gaza utara guna mempercepat tumbangnya Hamas. Zamir membantah tudingan tersebut dan menegaskan IDF tetap melaksanakan seluruh perintah pemerintah Israel.

"Kalian selalu mengatakan ada kebuntuan di Gaza. Tidak ada kebuntuan di Gaza—kami melakukan persis seperti yang diperintahkan. Saya sarankan orang-orang berhati-hati berbicara tentang IDF tidak menjalankan tugas, apalagi saat ada tentara yang gugur di medan tempur," ujar Zamir, dikutip Media Israel, 4 Juli 2025.

Secara militer, IDF mengklaim kini telah menguasai sekitar 65% wilayah Gaza dan berhasil menewaskan lebih dari 100 anggota Hamas selama sepekan terakhir, termasuk komandan senior Hakem al-Issa.

Netanyahu juga tengah bekerja sama dengan Presiden AS Donald Trump untuk merumuskan rencana penghentian perang, yang diprediksi akan melibatkan perjanjian gencatan senjata, komitmen ulang pada solusi dua negara, serta normalisasi hubungan Israel dengan Arab Saudi dan Suriah.

Namun, menteri-menteri sayap kanan Israel seperti Ben Gvir dan Smotrich menolak keras gagasan penarikan Israel dari Gaza atau pembentukan negara Palestina.

Pada Rabu malam, Netanyahu menegaskan bahwa tujuan utama Israel tetap mengalahkan Hamas dan membebaskan seluruh sandera, sambil membantah anggapan dua tujuan itu saling bertentangan.

"Saya katakan kepada Anda, tidak akan ada Hamas. Tidak akan ada Hamastan. Kita tidak akan kembali ke situasi itu. Perang ini akan berakhir dan semua sandera kami akan dibebaskan," ujar Netanyahu.

Netanyahu menambahkan, setiap klaim bahwa pembebasan sandera bertentangan dengan penghancuran Hamas adalah omong kosong, karena dua tujuan itu menurutnya bisa tercapai bersamaan.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Willy Haryono)