Tank Israel dalam operasi darat yang berada di perbatasan Lebanon. Foto: EFE-EPA
Medcom • 19 September 2024 16:14
Yerusalem: Menteri Pertahanan Israel, Yoav Gallant menyatakan bahwa pusat konflik dengan Hamas di Gaza kini bergerak ke arah utara, mendekati perbatasan Lebanon. Sehingga Israel dan kelompok Hizbullah di Lebanon semakin intens, memaksa ribuan orang di kedua sisi perbatasan untuk mengungsi.
“Pusat gravitasi perang kini bergeser ke utara, dan sumber daya sudah dialokasikan ke sana,” kata Gallant pada Rabu, 18 September 2024, saat mengunjungi pangkalan udara Israel, seperti dikutip Anadolu, Kamis 19 September 2024.
Selain itu, ia juga menegaskan bahwa ini adalah fase baru dalam konflik yang membutuhkan keberanian, ketekunan, dan keteguhan.
Meski konflik dengan Hamas di Gaza terus berlanjut, Israel kini juga harus menghadapi Hizbullah, sekutu Hamas yang berbasis di Lebanon. Pertempuran antara Israel dan Hizbullah ini telah berlangsung setiap hari, menewaskan ratusan pejuang di Lebanon dan puluhan korban di pihak Israel.
Menurut Gallant, meskipun fokus pertempuran kini di utara, Israel tetap mengingat misinya di Gaza.
“Kami akan tetap mengingat sandera di Gaza serta tujuan mereka di wilayah Selatan” ujarnya.
Namun, ia menekankan bahwa saat ini penting untuk memastikan keamanan dan pemulangan warga Israel yang telah mengungsi dari wilayah utara akibat serangan tersebut.
Pernyataan Gallant mendapat dukungan dari Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, dan Kepala Angkatan Bersenjata, Letnan Jenderal Herzi Halevi. Keduanya berjanji untuk memastikan keamanan bagi penduduk di perbatasan utara agar mereka dapat kembali ke rumah dengan aman.
“Kami akan menjamin keamanan warga di Utara saat kembali ke rumah mereka dengan aman,” tegas Netanyahu.
"Kami sangat bertekad untuk menciptakan kondisi keamanan yang memungkinkan mereka kembali dengan rasa aman yang tinggi," tambah Halevi.
Di tengah ketegangan tersebut, Lebanon diguncang oleh serangkaian ledakan yang diduga disebabkan oleh perangkat yang digunakan oleh Hizbullah, menyebabkan lebih dari 450 orang terluka dan menewaskan 14 orang.
Pada Selasa 17 September 2024, ratusan perangkat milik Hezbollah meledak secara bersamaan dan sudah membabat 12 orang serta 2.800 orang terluka. Sehingga, hal ini menyebabkan kerusakan besar. (Nithania Septianingsih)