Soal Daya Beli Melemah, Pemerintah Diminta Responsif

Sekretaris Jenderal (Sekjen) Himpunan Pengusaha Muda (Hipmi) Anggawira. Dok. Tangkapan Layar

Soal Daya Beli Melemah, Pemerintah Diminta Responsif

Siti Yona Hukmana • 13 October 2024 17:19

Jakarta: Pemerintah diminta responsif dengan berbagai situasi yang terjadi saat ini. Salah satunya soal daya beli masyarakat Indonesia yang disebut melemah akhir-akhir ini.

"Jadi ini saya rasa the warning, dan pemerintah apalagi ini sudah masuk ke satu minggu ke depan sudah ada pemerintahan baru ya, harus cepat responsif ya dengan berbagai situasi yang ada," kata Sekretaris Jenderal (Sekjen) Himpunan Pengusaha Muda (Hipmi) Anggawira dalam program Crosscheck Medcom.id, Minggu, 14 Oktober 2024.

Apalagi, kata Angga, masyarakat Indonesia khususnya Gen Z yang memenuhi sepertiga masyarakat kelas menengah butuh lapangan pekerjaan. Oleh karena itu, dia mendorong hal-hal yang sudah terakselerasi seperti program-program hilirisasi yang dilakukan oleh pemerintah berujung kepada industri.

"Kalau industri sudah terbangun pastinya akan ada lapangan pekerjaan. Lapangan pekerjaan itu kan harapan kita lapangan pekerjaan formal, bukan lapangan pekerjaan yang informal," ujar dia.
 

Baca Juga: 

Kontraksi Daya Beli Minim Solusi


Angga menerangkan situasi saat ini berada di tengah ketidakpastian global. Terebih, ada kompetisi antara perang dagang China dan Amerika yang terus menguat.

Di sisi lain, situasi geopolitik di Timur Tengah yang diharapkan bisa terakselerasi dengan baik ternyata makin melebar. Konflik antara Ukraine dan Rusia juga tidak kunjung selesai.

"Bahwa di abad ke-21, di era modern seperti ini harus ada konflik yang berujung kepada konflik bersenjata gitu. Saya rasa hal itu yang menyebabkan titik equilibrium yang selama ini sudah terjadi ya, perdagangan dan lain sebagainya menjadi mencari titik simbangnya lagi. Apalagi kemarin kita baru dihantam pas covid ya," ujarnya.

Berbagai peristiwa itu dinilai bahwa pelemahan daya beli itu bukan terjadi di Indonesia, tapi seluruh dunia. Namun, Angga menyebut dari angka-angka statistik, Indonesia masih cukup optimis dan confident seperti neraca perdagangan yang selalu positif hampir lima bulan.

"Dan kalau kita lihat pertumbuhan ekonomi kita relatif ya, stabil di angka 5 persen ya. Tapi memang ada beberapa indikator-indikator lain yang kita lihat memang perlu kita waspadai juga," ujarnya.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Achmad Zulfikar Fazli)