Gudeg Akan Jadi Hidangan Jemaah Haji

Pencinta gudeg saat ini bisa memesan dan membeli di luar Jogja di hari yang sama. (Foto: Dok. Gudeg Yu Djum)

Gudeg Akan Jadi Hidangan Jemaah Haji

Medcom • 28 June 2024 16:11

Yogyakarta: Pemerintah Arab Saudi berencana menjadikan salah satu makanan tradisional asal Yogyakarta, gudeg, sebagai jamuan untuk jemaah haji. Proses itu masih dalam tahap sertifikasi makanan. 

"Gudeg sekarang sudah dikemas dalam kaleng yang tahan lama. Beberapa waktu lalu pernah misi dagang ke Arab, dari Arab pernah datang ke Jogja," kata Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan DIY, Syam Arjayanti, saat dihubungi, Jumat, 28 Juni 2024. 
 

Baca: DPR Bakal Evaluasi Penyelenggaraan Haji, Berpeluang Bentuk Pansus
 
Syam mengatakan proses menjadikan gudeg sebagai makanan bagi jemaah haji sudah berjalan sekitar satu tahun. Menurutnya proses saat ini masih pada sertifikasi makanan yang dilakukan Pemerintah Arab Saudi. 

Menurut dia ekspor makanan harus memenuhi apa yang diinginkan negara tujuan. Di Arab Saudi, ada beberapa sertifikasi yang haus dilalui. 

"Ini masih proses, ada yang clear, dan masih proses. Butuh waktu. Sertifikasi biayanya mahal," jelasnya. 

Ia menegaskan saat ini Gudeg Bu Citro yang masuk dalam proses itu. Bila tembus, proses itu akan berlanjut kerja sama dengan standardisasi yang ditentukan. 

Di sisi lain, ada persoalan keterbatasan bahan baku gudeg, yakni nangka. Produsen gudeg dalam beberapa waktu terakhir sudah sudah mendatangkan nangkan dari luar DIY untuk berproduksi. 

"Persoalannya di sini memang sertifikasi ini, tergantung kemampuan masing-masing IKM (industri kecil menengan) di Yogyakarta. Itu belum dari segi kualitas dan kuantitas," ungkapnya. 

Syam menyebut banyak potensi makanan yang bisa diekspor kendati terkendala pada teknologi untuk membuat makanan itu bertahan lama. Apalagi, seperti untuk ibadah haji akan membutuhkan dalam jumlah besar. 

"Kalau makanan minimal harus bertahan 1 tahun hingga 1,5 tahun. Itu yang seringkali harus ada teknologi yang belum bisa memenuhi," bebernya.

Selain itu, Pemerintah Arab Saudi juga menginginkan salak bisa masuk. Namun, proses uji coba teknologi dengan sejumlah lembaga baru mampu membuat salak bertahan hingga satu bulan. 

"Ini baru berproses terus, moga-moga goal juga. Kalau itu pun belum menjadi makanan resmi haji dan umrah, dari Arab sendiri siap memasarkan ke retail-retail mereka, ke hotel-hotelnya siap juga," ujarnya.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Deny Irwanto)