Ilustrasi grafik pelemahan pertumbuhan ekonomi. Foto: Freepik.
Insi Nantika Jelita • 3 October 2024 13:07
Jakarta: Peneliti Center of Reform on Economics (Core) Eliza Mardian menilai pemerintah terlambat mengantisipasi pelemahan ekonomi. Dia mengungkapkan lampu kuning pelemahan daya beli telah terasa sejak akhir 2023.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), capaian inflasi sepanjang 2023 sebesar 2,61 persen secara tahunan atau year on year (yoy), anjlok dibandingkan realisasi 2022 yang mencapai 5,51 persen yoy. Inflasi umum secara year to date (ytd) Januari hingga September 2023 tercatat sebesar 1,63 persen. Capaian inflasi umum terus menurun ke level 0,74 persen secara ytd dari Januari hingga September 2024.
"Sebetulnya lampu kuning pelemahan daya beli ini sudah terasa sejak akhir 2023. Pemerintah telat mengantisipasi perlambatan ekonomi. Saat ini kondisinya sudah terpukul," ujarnya kepada Media Indonesia, dikutip Kamis, 3 Oktober 2024.
Eliza berpendapat kondisi deflasi beruntun yang dialami Indonesia selama lima bulan berturut-turut dari Mei-September 2024 lebih banyak disebabkan oleh gejolak harga-harga bahan pangan (volatile food).
(Ilustrasi, grafik inflasi. Foto: Medcom.id)
Indeks Harga Perdagangan Besar (IHPB) pertanian pada September 2024 mencapai 2,14 persen yoy, terus menurun sejak mencapai puncaknya pada momen Idul Fitri pada April 2024 lalu yang sempat menyentuh 9,10 persen yoy.
"Jadi, memang penyebab utama deflasi ini karena kenaikan harga pangan amat sangat tinggi di akhir 2023 hingga awal 2024," jelas Eliza.
Selain itu, dia menegaskan dengan hampir 56 persen konsumsi kelas menengah dan menengah bawah itu digunakan untuk belanja bahan makanan, pada saat harga bahan pangan naik, tentu daya beli masyarakat kian tergerus. Ini karena kenaikan upah yang tidak sebanding.
"Akhirnya daya beli masyarakat terus melemah hingga saat ini dan diperparah dengan banyaknya pemutusan hubungan kerja (PHK) yang menyebabkan daya beli masyarakat kian tertekan," ucapnya.
Baca juga: Was-was Tingkat Inflasi Rendah, Apindo: Bisa Jegal Pertumbuhan Ekonomi |