Ilustrasi. Foto: MI/Agus Mulyawan.
Media Indonesia • 14 January 2024 13:38
Jakarta: Direktur Eksekutif Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira menilai rencana investasi produsen mobil listrik asal Vietnam, VinFast, ke Indonesia akan sulit terealisasi. Itu disebabkan oleh iklim dan ekosistem mobil listrik di Tanah Air belum sepenuhnya mendukung pertumbuhan kendaraan setrum tersebut.
"Komitmen investasi VinFast sebenarnya masih banyak tantangan. Kompleksitas masalah yang ada membuat komitmen investasi jadi lama terealisasi," ujar Bhima saat dihubungi, Minggu, 14 Januari 2024.
Bhima mengatakan, pasar mobil listrik di Indonesia belum cukup kuat untuk berhadapan dengan produksi mobil berbasis Bahan Bakar Minyak (BBM). Pertumbuhan mobil konvensional masih cukup tinggi dan digandrungi masyarakat.
Jika pemerintah tak mengambil langkah tegas membatasi produksi mobil konvensional, investasi dari perusahaan yang berorientasi pada mobil listrik akan cukup sulit dilakukan. Pasalnya, calon penanam modal akan melihat pangsa pasar mobil listrik di Tanah Air masih cukup minim.
"Selain itu, kebijakan pemerintah yang membebaskan pajak dan bea masuk mobil listrik impor membuat produsen harus berpikir ulang membangun pabrik di indonesia," tutur Bhima.
Baca juga: Presiden Bahas Investasi Mobil Listrik hingga Perikanan dengan Vietnam