Investor Asing Marak Jualan Obligasi Asia

Ekonomi Indonesia. Foto: Unsplash.

Investor Asing Marak Jualan Obligasi Asia

Arif Wicaksono • 17 May 2024 20:00

Singapura: Investor asing menjadi penjual bersih obligasi Asia untuk bulan kedua berturut-turut pada April karena menguatnya dolar AS dan ketidakpastian seputar penurunan suku bunga Federal Reserve mengurangi minat terhadap obligasi tersebut.
 

baca juga: 

Dolar AS Berhasil Rebound


Dikutip dari Channel News Asia, Jumat, 17 Mei 2024, Investor melakukan penjualan bersih obligasi senilai USD1,91 miliar dari india, India, Thailand, Malaysia, dan Korea Selatan, meskipun pelepasan tersebut jauh lebih rendah dibandingkan USD4,69 miliar di Maret.

Indeks dolar naik ke level 106,51 bulan lalu, puncaknya dalam 5,5 bulan. Indeks tersebut mengakhiri bulan ini dengan kenaikan 1,76 persen, kenaikan terbesar dalam tiga bulan terakhir.

Investor asing menarik sekitar USD1,7 miliar dari obligasi Indonesia, menandai arus keluar pada bulan ketiga di tengah pelemahan rupiah ke level terendah dalam empat tahun, yang mendorong kenaikan suku bunga secara mengejutkan oleh Bank Indonesia.

Obligasi India juga mengalami pergeseran, dengan para investor menarik dana sebesar USD1,31 miliar, menghentikan pembelian berturut-turut selama setahun. Di Thailand, arus keluar berlanjut selama lima bulan, dengan total sekitar USD881 juta.

Sebaliknya, obligasi Korea Selatan dan Malaysia masing-masing menarik modal asing senilai USD1,86 miliar dan USD122 juta.

Mata uang dolar melemah

Namun, laju mata uang paman sam telah melemah pada pertengahan Mei setelah Federal Reserve mempertahankan suku bunga tetap stabil, sementara laporan non-farm payrolls dan data CPI AS yang lebih lemah dari perkiraan untuk April juga mengurangi kekhawatiran terhadap ekonomi AS yang terlalu panas.

"Meski ketegangan di Timur Tengah telah mereda dan Federal Reserve AS diperkirakan masih akan menurunkan suku bunga pada tahap tertentu, tingkat ketidakpastian masih lebih tinggi dari biasanya,” kata Kepala Riset Asia di ANZ Khoon Goh.

Kepala Manajemen Portofolio Jangka Pendek di PIMCO Jerome Schneider mengatakan data inflasi AS terbaru mengkonfirmasi kepada investor potensi kenaikan suku bunga jangka pendek tak terjadi walaupun inflasi masih tinggi.

Menurut CME FedWatch Tool, para pedagang saat ini memperkirakan sekitar 70 persen kemungkinan penurunan suku bunga AS pada September. Angka ini meningkat tajam dibandingkan awal minggu ini.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Arif Wicaksono)