Jakarta: Pemerintah telah menggodok strategi jangka pendek, menengah, dan panjang untuk mengejar target produksi
migas di 2030.
Asal tahu saja, pemerintah telah mematok target produksi minyak bumi nasional sebesar satu juta barel dan produksi gas bumi sebesar 12 Billion Cubic Feet (BCF) pada 2030.
Namun sejak beberapa tahun terakhir, produksi minyak dan gas bumi di Indonesia terus mengalami penurunan akibat berkurangnya cadangan dan tantangan teknis dalam hal eksplorasi.
Kondisi itu berdampak signifikan terhadap ketahanan energi nasional dan neraca keuangan nasional.
Untuk membalikkan tren ini, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif mengatakan, pemerintah berupaya keras untuk meningkatkan produksi migas Indoensia dengan berbagai strategi.
"Dari 2020 memang produksi minyak bumi terus turun karena kita sekarang mengelola lapangan-lapangan tua dan belum ketemu prospek lapangan minyak baru, tapi kita selalu mengupayakan prospeknya," kata Arifin dikutip dari siaran pers, Minggu, 4 Agustus 2024.
Ia mengatakan, telah menyiapkan strategi jangka pendek, jangka menengah, dan jangka panjang untuk mencapai target dan tantangan dalam dunia migas dalam beberapa waktu ke depan.
Adapun strategi jangka pendek adalah dengan meningkatkan produksi dari lapangan-lapangan existing ditambah penggunaan Enchanced Oil Recovery (EOR). Terdiri dari melakukan pengeboran lebih dari 1.000 sumur pengembangan setiap tahun, reaktivasi sumur idle sebanyak 1.000-1.500 sumur per tahun, serta percepatan eksekusi CEOR Minar Area 2, Steamflood Rantau Bais dan simple sulfactant Balam South.
Untuk strategi jangka menengah, yaitu transformation R-to-P serta full scale EOR dan Waterflood. Yang terdiri dari percepatan proyek 125 POD/OPL/OPLL baru, percepatan POD 58 undeveloped discoveries, percepatan 55 lapangan CEOR, dan WF melalui strategic alliance, full scale EOR Minas, serta dengan mendorong investasi hulu migas Tiongkok ke Indonesia.
Strategi jangka panjang
Sementara strategi jangka panjang adalah dengan eksplorasi dan pengembangan migas non konvensional, yang meliputi pengeboran eksplorasi targeting giant prospect dengan rata-rata 54 sumur per tahun, serta dengan melakukan kerja sama migas nonkonvensional dengan pemain besar dunia seperti EOG, Resources, CNPC, dan lainnya.
Sebelumnya, Arifin menyinggung pergerakan produksi minyak bumi berada pada angka 708 mbopd di 2020, 2021 sebesar 659 mbopd, dan 2022 sebesar 612 mbopd. Sedangkan produksi minyak bumi pada 2023 sebesar 606 mbopd, dan status per 2 Juni 2024, produksi minyak bumi berada di angka 578 mbopd.
Sementara untuk produksi gas bumi, Arifin mengatakan bahwa prospek ke depan bisa lebih baik, karena produksi gas relatif stabil dan ada tren kenaikan produksi.
"Ini memang sempat turun, tapi sekarang ada tren kenaikan, kalua gas 12 BCF ini Insyaallah bisa ketemu. Jadi adanya temuan-temuan sumber gas baru, prospek di Andaman, South Andaman, dan juga di Selat Makassar," ucap dia.