Pihak berwenang di lokasi penembakan di Brown University, Amerika Serikat. Foto: Anadolu
Washington: Minggu, 14 Desember, pihak berwenang Amerika Serikat, menahan seseorang yang dianggap terlibat dalam insiden penembakan di Brown University. Insiden tersebut menewaskan dua orang dan melukai sembilan lainnya, menjadikannya serangan terbaru dalam serangkaian serangan terhadap sekolah di seluruh negeri.
Penembakan terjadi pada hari Sabtu, di univesitas elite di Providence, Rhode Island, tepatnya disebuah gedung tempat ujian sedang berlangsung, memicu penguncian kampus dan pencarian tersangka selama berjam-jam. Sementara itu, dalam konferensi pers hari Minggu pagi, Walo Kota Providence, Brett Smiley, mengatakan orang yang diduga terlibat telah ditahan dan perintah untuk berlindung di shelter telah dicabut.
"Saya ingin menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pria dan wanita pekerja keras di bidang penegakan hukum yang telah bekerja sepanjang malam untuk membawa kita sampai ke titik ini," kata Smiley, seperti dikutip france24, Senin, 15 Desember 2025.
Baca Juga :
Berbicara disampingnya, Petinggi Polisi, Oscard Perez menambahkan, bahwa pihak berwenang saat ini tidak mencari orang lain sehubungan dengan serangan tersebut, seraya Smiley mengatakan, sembilan orang luka, satu orang kritis, tujuh stabil, dan satu telah keluar dari rumah sakit.
Mahasiswa Brom University, Katie Sun, mengatakan kepada surat kabar mahasiswa
Brown Daily Herald, bahwa dia sedang belajar di sebuah gedung kampus, ketika dia mendengar suara tembakan di dekatnya dan kemudian berlari ke asrama, meninggalkan semua barangnya. Ia mengaku takut dan merasa tembakan tersebut datang dari ruang kelas berada.
Polisi merilis rekaman 10 detik tersangka, terlihat dari belakang, berjalan cepat di jalan yang sepi, setelah melepaskan tembakan di dalam ruang kelas lantai dasar. Sementara itu Presiden Brown University, Christina Paxson, membenarkan surat kepada anggota komunitas, bahwa 11 korban adalah mahasiswa.
"Sembilan anggota komunitas kami yang dilarikan ke rumah sakit setempat semuanya adalah siswa. Dan kami kehilangan dua siswa akibat kekerasan senjata api yang mengerikan hari ini," kata Paxson dalam surat yang diunggah ke situs web sekolah.
Ia juga mengatakan, bahwa ujian akhir yang dijadwalkan pada hari Minggu telah ditunda. Serangan ini merupakan insiden penembakan massal terbaru di negara tersebut, di mana upaya untuk membatasi akses senjata api menghadapi kebuntuan politik.
Smiley kepada
CNN, mengatakan, bahwa hal ini tidak normal, seharusnya tidak terjadi dan setiap komunitas perlu bersiap untuk insiden seperti ini, seraya tidak percaya insiden tersebut akan terjadi di Providence, walaupun sudah siap.
Menurut
Gun Violence Archive, telah terjadi lebih dari 300 penembakan massal di AS sepanjang tahun dengan penembakan terhadap empat orang atau lebih. Sementara itu, Trump diberi pengarahan dan menyebut insiden tersebut sebagai hal yang mengerikan dan hanya bisa berdoa untuk para korban.
Penembakan sekolah paling mematikan dalam sejarah AS terjadi di Virgina Tech, pada 16 April 2007, ketika mahasiswa Korea Selatan, Seung-Hui Cho menewaskan 32 orang dan melukai 17 lainnya sebelum bunuh diri.
(Kelvin Yurcel)