Menteri Keuangan Sri Mulyani. Foto: Dokumen Kementerian Keuangan
Insi Nantika Jelita • 28 August 2024 18:01
Jakarta: Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati meminta Komisi XI DPR tidak kaku menetapkan rigid angka dalam Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2025 di tengah gejolak ekonomi global.
Sri Mulyani menyinggung soal nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) yang bergerak fluktuatif. Tiga bulan terakhir rupiah mengalami tekanan akibat menguatnya dolar AS.
Namun, dua minggu terakhir mata uang garuda mengalami apresiasi karena melemahnya mata uang Paman Sam. Pada Agustus 2025, rupiah mengalami penguatan lima persen secara month to date (mtd) hingga berada di bawah Rp16 ribu per USD.
"Dengan perubahan yang sangat tinggi, saya mengharapkan DPR bisa bersama-sama pemerintah mendesain APBN jangan terlalu kaku. Pergerakan di dunia itu luar biasa, hanya dalam hitungan minggu," jelas Sri Mulyani dalam rapat kerja (raker) dengan Komisi XI di Kompleks Senayan, Jakarta, Rabu, 28 Agustus 2024.
Postur RAPBN di tahun pertama presiden terpilih Prabowo Subianto dirancang fleksibel dengan menyediakan ruang fiskal untuk mengantisipasi ketidakpastian global dan mendukung pembangunan dalam transisi peralihan pemerintahan.
Untuk strategi kebijakan jangka pendek, pemerintah akan fokus mengakselerasi pertumbuhan ekonomi dan menguatkan kesejahteraan masyarakat. Untuk strategi jangka menengah akan diarahkan untuk mengakselerasi menuju pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan.
"Ini ibaratnya kalau kita punya ruangan semua pintu, jendela kita kunci, pada saat terjadi pergerakan maka akan terjadi tekanan yang besar. Karena itu, dalam desain APBN 2025 perlu ada ventilator untuk ada ruang fleksibilitas fiskal," ucap Sri Mulyani.
"Fiskal yang cukup fleksibel ini tetap akuntabel dan konsisten dalam mendukung (program) jangka pendek dan menengah mendukung pertumbuhan ekonomi," tambah Menkeu.
| Baca juga: Menkeu: Arsitektur RAPBN 2025 Dirancang untuk Merespons Perekonomian yang Dinamis |