Direktur Center of Economic and Law Studies (CELIOS) Bhima Yudhistira/Medcom.id/Theo
Theofilus Ifan Sucipto • 8 October 2023 10:35
Jakarta: Direktur Center of Economic and Law Studies (CELIOS) Bhima Yudhistira menyoroti proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung (KJCB). Proyek itu disebut membuat Indonesia dalam posisi tidak menguntungkan.
"KCJB bisa dikategorikan sudah masuk, bukan akan masuk jebakan utang," kata Bhima dalam diskusi virtual Crosscheck Metrotvnews.com bertajuk "Kereta Cepat Jebakan Utang China?" Minggu, 1 Oktober 2023.
Bhima mengatakan keanehan sudah terlihat sejak awal. Kala itu, pemerintah mengeklaim prosesnya bisnis ke bisnis (B2B), keuangannya dari konsorsium, proyeknya rampung tepat waktu, dan biaya jaminannya tidak terlalu mahal.
"Gampang sekali membandingkan, bunga KAJB dua persen, sekarang cost over (pembengkakan biaya) jadi 3,6 sampai 3,7 persen," ucap dia.
Bhima menyebut pembangunan KCJB menggunakan anggaran cukup besar. Ketentuannya, anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) yang merupakan uang rakyat akan dikucurkan bila Indonesia tidak kuat membayar bunganya. Kemudian pengelolaannya diserahkan kepada pihak asing.
Selain itu, Bhima mengkritik pembengkakan biaya hingga 3,7 persen. Dia membandingkan dengan bunga pembangunan moda raya terpadu (MRT).
"Sama-sama infrastruktur, sama-sama transportasi sejenis, tapi bunganya 0,1 persen. Bunganya (KCJB) 3,7 persen, ini ngapain? Kita dikerjain kreditur," ujar dia.