Anggota DPR RI, Ateng Sutisna. Dokumentasi/ istimewa
Jakarta: Alih fungsi lahan pertanian irigasi menjadi peruntukan lain secara masif terutama di Pulau Jawa dinilai mengkhawatirkan. Anggota DPR RI, Ateng Sutisna, mengatakan hal tersebut bisa mengganggu stabilitas ketahanan pangan nasional.
"Pulau Jawa adalah salah satu lumbung padi utama kita. Jika alih fungsi lahan ini dibiarkan, ketahanan pangan kita akan berada dalam ancaman serius,” kata Ateng dalam keterangan pers, Selasa, 5 November 2024.
Dia menjelaskan menurut Data Badan Pusat Statistik rata-rata konversi lahan sawah menjadi non sawah di Indonesia mencapai 100.000 hektare per tahun. Pulau Jawa menyumbang sebagian besar angka ini, dengan Jawa Timur mencatatkan angka konversi terbesar, yaitu 288.290 hektare dalam beberapa tahun terakhir.
Sebagian besar lahan ini beralih fungsi menjadi area pemukiman (52,22%), industri (26,44%), serta fasilitas umum dan perkantoran lainnya.
Menurut dia konversi lahan tidak hanya terjadi di wilayah perkotaan, namun juga di daerah agraris. Di Kabupaten Sleman, misalnya, rata-rata konversi lahan pertanian mencapai 0,37% per tahun, terutama untuk pembangunan infrastruktur dan pemukiman.
Pemerintah sendiri telah menginisiasi program Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan (LP2B) untuk mengontrol alih fungsi lahan dan menjamin ketersediaan lahan pertanian produktif.
Meski begitu Ateng menekankan tantangan besar masih ada, terutama dengan laju urbanisasi dan kebutuhan infrastruktur yang terus meningkat.
“Dalam satu dekade terakhir, alih fungsi lahan pertanian irigasi teknis di Pulau Jawa telah menjadi tantangan besar. Lahan produktif semakin berkurang, sementara kebutuhan pangan terus meningkat. Ini membutuhkan perhatian dari semua pihak,” ungkapnya.
Ateng berharap adanya kerja sama antara pemerintah, masyarakat, dan pemangku kepentingan lainnya dalam menyusun strategi jangka panjang demi melindungi lahan pertanian produktif. Menurutnya pengendalian alih fungsi lahan harus diperketat agar lahan irigasi teknis yang strategis dalam produksi pangan nasional tetap terlindungi.
"Jika kita semua bisa bersinergi, saya yakin ketahanan pangan nasional akan terjaga meskipun di tengah tekanan urbanisasi dan pembangunan yang pesat," ujarnya.