Mata Uang Anjlok 70%, Krisis Ekonomi Menimpa Nigeria

Mata Uang Naira. Foto: Unsplash.

Mata Uang Anjlok 70%, Krisis Ekonomi Menimpa Nigeria

Arif Wicaksono • 23 February 2024 15:16

Nigeria: Nigeria menghadapi salah satu krisis ekonomi terburuk dalam beberapa tahun terakhir. Kondisi ini memicu kemarahan dan protes nasional ketika negara kaya minyak itu menghadapi inflasi yang tinggi.

Mata uang Naira mencapai titik terendah baru terhadap dolar AS dengan merosot hampir 1.600 per USD di pasar resmi dari sekitar 400 per USD pada awal tahun. Mata uang ini turun sekitar 70 persen sejak Mei 2023, ketika perekonomian Nigeria sedang berjuang dan menjanjikan serangkaian reformasi ekonomi.
 

bac ajuga:

Krisis Keuangan 2024, Presiden Baru Bakal Langsung Dapat Tugas Berat


Ekonom Politik Senior di Oxford Economics Pieter Scribante menuturkan pengendalian mata uang asing selama bertahun-tahun juga telah menghasilkan permintaan terpendam yang sangat besar terhadap dolar AS pada saat investasi luar negeri dan ekspor minyak mentah menurun.

"Nilai tukar yang melemah akan meningkatkan inflasi impor, yang akan memperburuk tekanan harga di Nigeria," kata dia dilansir CNBC International, Jumat, 23 Februari 2024.

Negara dengan perekonomian terbesar di Afrika ini memiliki populasi lebih dari 210 juta orang. Namun Negara ini sangat bergantung pada impor untuk memenuhi kebutuhan populasinya yang berkembang pesat.

"Penyusutan pendapatan yang dapat dibelanjakan dan memburuknya tekanan biaya hidup akan tetap menjadi kekhawatiran sepanjang 2024, yang selanjutnya menghambat belanja konsumen dan pertumbuhan sektor swasta," tambah Scribante.

Inflasi melonjak

Sementara itu, inflasi terus melonjak, dengan indeks harga konsumen utama mencapai 29,9 persen  tahun-ke-tahun pada Januari, yang merupakan tingkat tertinggi sejak 1996. Peningkatan ini didorong oleh kenaikan harga pangan yang terus-menerus melonjak sebesar 35,4 persen  pada bulan lalu dalam setahun.

Meningkatnya biaya hidup dan kesulitan ekonomi memicu protes di seluruh negeri pada akhir pekan. Anjloknya nilai tukar mata uang telah menambah dampak negatif reformasi pemerintah seperti penghapusan subsidi gas, yang menyebabkan harga gas naik tiga kali lipat.

Presiden Nigeria Bola Tinubu berencana untuk mengumpulkan setidaknya USD10 miliar untuk meningkatkan likuiditas valuta asing dan menstabilkan Naira.

Tingginya inflasi dan tantangan Pemerintah Nigeria

Pemerintah Nigeria telah menghemat lebih dari satu triliun naira (USD666,4 juta) dari penghapusan subsidi, yang akan dialihkan ke investasi infrastruktur. Praktis Nigeria kesulitan anggaran dalam mengatasi inflasi.

Selain melonjaknya inflasi dan anjloknya mata uang, Nigeria juga berjuang melawan rekor utang pemerintah, tingginya angka pengangguran, kekurangan listrik, dan menurunnya produksi minyak, yang merupakan ekspor utama negara tersebut.

"Likuiditas pasar yang berlebihan, tekanan nilai tukar, dan kekurangan pangan dan bahan bakar mengancam stabilitas harga, sementara risiko inflasi meningkat di luar kendali pemerintah," tambah Scribante.

Inflasi diperkirakan akan mencapai puncaknya hampir 33 persen dalam setahun pada kuartal kedua 2024. Inflasi dapat tetap lebih tinggi dalam jangka waktu yang lebih lama mengingat banyaknya risiko ekonomi di masa depan.

"Kami memperkirakan kenaikan suku bunga gabungan sebesar 200 bps pada dua pertemuan MPC berikutnya, yang dijadwalkan pada akhir Februari dan akhir Maret tahun ini; Namun, kami berpendapat kenaikan lebih lanjut diperlukan untuk membendung kenaikan inflasi," tambah Scribante.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Arif Wicaksono)