PBB Peringatkan Serangan Israel ke Rafah Bisa Picu Pembantaian

Seorang anak di tengah kehancuran rumahnya di Rafah, Gaza. Foto: EFE-EPA

PBB Peringatkan Serangan Israel ke Rafah Bisa Picu Pembantaian

Fajar Nugraha • 3 May 2024 21:09

Jenewa: Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) telah memperingatkan bahwa rencana serangan Israel terhadap Hamas di Rafah, dapat membahayakan ribuan orang dan mengakibatkan tingginya korban sipil.

“Serangan Israel di Rafah akan membahayakan nyawa ratusan ribu warga Gaza dan menjadi pukulan besar bagi operasi bantuan di seluruh wilayah kantong tersebut,” kata kantor kemanusiaan PBB pada Jumat, ketika Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengumumkan rencana darurat usai serangan.

Israel telah berulang kali memperingatkan akan adanya operasi melawan Hamas di kota Rafah, di bagian selatan Gaza, tempat sekitar satu juta pengungsi berkumpul, setelah melarikan diri dari pemboman Israel selama berbulan-bulan yang dipicu oleh serangan mematikan lintas perbatasan yang dilakukan pejuang Hamas pada 7 Oktober tahun lalu.

“Ini bisa menjadi pembantaian warga sipil dan pukulan luar biasa terhadap operasi kemanusiaan di seluruh wilayah tersebut karena sebagian besar operasi tersebut dilakukan di Rafah,” kata Jens Laerke, juru bicara kantor kemanusiaan PBB (OCHA), pada konferensi pers di Jenewa, seperti dikutip AFP, Jumat 3 Mei 2024.
 

 

Baca: Sekjen PBB Desak Tindakan Global untuk Cegah Serangan Israel ke Rafah.

Israel mengatakan, pihaknya akan berupaya memastikan evakuasi warga sipil yang aman dari Rafah.

“Operasi bantuan di Rafah mencakup klinik medis, gudang yang berisi pasokan kemanusiaan, titik distribusi makanan dan 50 pusat untuk anak-anak yang menderita kekurangan gizi akut,” kata Laerke.

“OCHA akan melakukan segala kemungkinan untuk memastikan operasi bantuan terus berlanjut, bahkan jika terjadi serangan, dan sedang mempelajari cara untuk melakukan hal tersebut,” tambahnya.

Seorang pejabat WHO mengatakan, pada pengarahan yang sama bahwa rencana darurat untuk Rafah telah disiapkan, termasuk rumah sakit lapangan baru. Namun mengatakan hal itu tidak akan cukup untuk mencegah peningkatan besar dalam jumlah korban tewas.

Saat ini, lebih dari 34.000 warga Palestina telah terbunuh dalam hampir tujuh bulan konflik, menurut kementerian kesehatan Gaza.

“Saya benar-benar ingin mengatakan bahwa rencana darurat ini hanya sekedar bantuan belaka,” kata Rik Peeperkorn, perwakilan WHO untuk wilayah pendudukan Palestina melalui tautan video.

“Ini sama sekali tidak akan mencegah tambahan angka kematian dan kesakitan yang diperkirakan disebabkan oleh operasi militer,” tambah Peeperkorn.

Persiapan lainnya termasuk penempatan pasokan medis di rumah sakit di utara jika tiga rumah sakit di Rafah tidak berfungsi, seperti yang telah terjadi berulang kali dalam konflik tujuh bulan akibat serangan dan pengeboman Israel.

Data WHO menunjukkan bahwa hanya sepertiga dari 36 rumah sakit sebelum perang di wilayah tersebut yang masih beroperasi sebagian. Israel menuduh Hamas menggunakan rumah sakit untuk tujuan militer dan mengatakan operasinya terhadap rumah sakit tersebut dibenarkan oleh kehadiran pejuang. Hamas dan staf medis membantah tuduhan tersebut.

Peeperkorn menambahkan dia “sangat khawatir” bahwa serangan apa pun akan menutup penyeberangan Rafah antara Gaza dan Mesir yang saat ini digunakan untuk mengimpor pasokan medis.

“Kami mendorong dan melobi agar, apapun yang terjadi, agar tetap terbuka,” pungkas Peeperkorn, sambil mengatakan bahwa WHO telah mengangkat masalah ini kepada pihak berwenang Israel.

Baca: Sekjen PBB Desak Tindakan Global untuk Cegah Serangan Israel ke Rafah.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Fajar Nugraha)