Rupiah Melemah ke Level Rp16.220 di Penutupan Awal Pekan

Ilustrasi. Foto: MI/Susanto.

Rupiah Melemah ke Level Rp16.220 di Penutupan Awal Pekan

Husen Miftahudin • 22 July 2024 18:39

Jakarta: Nilai tukar (kurs) rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada penutupan perdagangan hari ini mengalami pelemahan, setelah dalam beberapa hari terakhir terus mengalami penguatan.

Mengutip data Bloomberg, Senin, 22 Juli 2024, nilai tukar rupiah terhadap USD ditutup di level Rp16.220 per USD. Mata uang Garuda tersebut turun 29 poin atau setara 0,18 persen dari posisi Rp16.191 per USD pada penutupan perdagangan hari sebelumnya.

Analis pasar uang Ibrahim Assuaibi memperkirakan nilai tukar rupiah pada perdagangan Selasa besok akan kembali melemah.

"Untuk perdagangan besok, mata uang rupiah fluktuatif namun ditutup melemah di rentang Rp16.210 per USD hingga Rp16.260 per USD," ujar Ibrahim, dikutip dari analisis hariannya.

Ia pun membeberkan penyebab melemahnya nilai tukar rupiah saat melawan dolar AS hari ini, diantaranya sentimen yang berasal dari eksternal maupun internal.
 

Biden mundur dari pencalonan presiden AS


Sementara itu, Presiden AS Joe Biden mengatakan dia tidak akan lagi mencalonkan diri untuk dipilih kembali. Biden mendukung Wakil Presiden Kamala Harris, yang kini kemungkinan akan berhadapan dengan kandidat terdepan dari Partai Republik Donald Trump dalam pemilihan presiden.

Langkah Biden meningkatkan ketidakpastian mengenai pemilihan presiden mendatang, yang pada gilirannya memperburuk sentimen terhadap pasar yang didorong oleh risiko. Hal ini, ditambah dengan kekhawatiran potensi kepresidenan Trump juga dapat menyebabkan lebih banyak konflik dengan Tiongkok, membebani mata uang regional.

Trump terlihat unggul dalam jajak pendapat dibandingkan Biden dan Harris, menurut data CBS pekan lalu. Para analis memperkirakan kepresidenan Trump berpotensi menghasilkan inflasi yang lebih tinggi, terutama jika ia melanjutkan dengan pembatasan perdagangan yang lebih ketat dan tarif impor yang lebih tinggi terhadap Tiongkok.

Namun Harris kini diperkirakan akan memberikan tantangan yang lebih besar kepada Trump, terutama karena laporan menunjukkan semua ketua partai Demokrat di negara bagian tersebut mendukung Harris. Penggalangan dana Partai Demokrat juga mencapai USD50 juta setelah Biden mendukung Harris.

Selain itu, Bank Rakyat Tiongkok secara tak terduga memangkas suku bunga acuan pinjamannya untuk lebih melonggarkan kebijakan moneter dan mendukung perekonomian. Pemotongan ini terjadi ketika Tiongkok berjuang mengatasi perlambatan pemulihan ekonomi  kekhawatiran mengenai hal tersebut telah menambah tekanan pada yuan.
 
Baca juga: Joe Biden Akhirnya Putuskan Mundur dari Pilpres AS
 

APBN Prabowo-Gibran dipelototi


Ibrahim mengungkapkan, pasar terus memantau nasib Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2025 milik Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming. Rancangan APBN untuk tahun depan tersebut berada dalam dilema.

"Di satu isi, pasangan tersebut harus merealisasikan janji politik kepada masyarakat. Di sisi lain, anggaran terbatas akibat menggunungnya warisan utang Presiden Joko Widodo (Jokowi)," tutur Ibrahim.

Belanja yang semakin jor-joran, mulai dari makan siang gratis atau makan bergizi gratis (MBG) yang direncanakan pada tahun depan senilai Rp71 triliun, kenaikan gaji PNS, food estate, Ibu Kota Nusantara (IKN), serta program-program prioritas lainnya membutuhkan dana jumbo. 

Kemudian, sinyal kenaikan gaji bagi para Aparatur Sipil Negara (ASN) pada tahun depan, termasuk Pegawai Negeri Sipil (PNS) di dalamnya. Penyesuaian gaji ASN pada tahun depan mengacu pada kerangka ekonomi makro dan pokok-pokok kebijakan fiskal (KEM-PPKF) untuk tahun anggaran 2025.  

Secara otomatis, sinyal tersebut jika benar terealisasikan, akan berujung pada semakin bertambahnya porsi belanja pegawai dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2025.

Melihat kenaikan gaji PNS pada tahun ini saja yang sebesar delapan persen dan untuk pensiunan PNS sebesar 12 persen saja, sepanjang semester I-2024 telah mencatatkan adanya kenaikan belanja pegawai hingga 15,4 persen (year-on-year/yoy). Naik sekitar Rp20,6 triliun dari tahun lalu Rp134,2 triliun menjadi Rp154,8 triliun.

"Belanja tersebut memang akan otomatis menambah beban belanja pemerintah pusat dan tidak menjadi masalah, apabila pemerintah mengimbanginya dengan belanja modal yang lebih tinggi dari belanja pegawai, karena akan lebih berdampak terhadap ekonomi," papar Ibrahim.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Husen Miftahudin)