Anggota DPR RI asal Provinsi Gorontalo, Rachmat Gobel. Dokumentasi/ istimewa
Rachmat Gobel Ajak Masyarakat Gorontalo Melindungi Burung Maleo dari Kepunahan
Deny Irwanto • 22 December 2025 18:28
Pohuwato: Anggota DPR RI asal Provinsi Gorontalo, Rachmat Gobel, mengajak masyarakat Gorontalo dan Sulawesi bersama-sama melindungi burung maleo (Macrocephalon maleo) yang kini terancam punah. Burung endemik Sulawesi tersebut terus mengalami penurunan populasi akibat kerusakan habitat dan perburuan telur.
"Populasi burung maleo kian menurun, salah satunya karena habitatnya yang terus menyusut," kata Gobel dalam keterangan pers, Senin, 22 Desember 2025.
Keunikan maleo terletak pada cara berkembang biaknya. Burung ini hanya bertelur satu butir dengan ukuran besar, kemudian mengubur telurnya di pasir pantai atau tanah yang memiliki panas alami. Telur menetas berkat panas matahari atau panas bumi dalam waktu 62 hingga 85 hari. Kondisi geografis Sulawesi yang dilintasi garis khatulistiwa dan memiliki potensi panas bumi menjadikan wilayah ini habitat ideal maleo.

Anggota DPR RI asal Provinsi Gorontalo, Rachmat Gobel. Dokumentasi/ istimewa
Namun, meski dahulu tersebar hampir di seluruh Sulawesi hingga Pulau Buton, kini maleo hanya tersisa di Gorontalo dan Sulawesi Tengah.
Secara nasional, burung maleo telah ditetapkan sebagai satwa dilindungi melalui Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor P.106 Tahun 2018. Di tingkat internasional, maleo masuk dalam daftar merah IUCN dengan status critically endangered (CR) dan tercantum dalam Appendix I CITES sebagai satwa yang dilarang diperdagangkan.
Kepala Resort Cagar Alam Panua, Kabupaten Pohuwato, Tatang Abdullah, menyebutkan bahwa berdasarkan pendataan terakhir pada 2010, populasi maleo diperkirakan hanya berkisar 500 hingga 550 ekor.
"Saat ini maleo hanya ditemukan di dua wilayah, yakni Gorontalo dan Sulawesi Tengah. Di Gorontalo sendiri ada di Hutan Panua dan Hutan Bogani. Maleo hanya bisa bertelur di habitat yang sangat terbatas," jelas Tatang.
Sementara Bupati Pohuwato Saipul A Mbuinga mengatakan dalam 11 tahun terakhir, sebanyak 1.400 burung maleo hasil penetasan penangkaran telah dilepasliarkan ke alam.
Upaya pelestarian tersebut kembali dilakukan pada Kamis, 18 Desember 2025, saat Rachmat Gobel melepasliarkan tujuh anak burung maleo berusia satu bulan di Hutan Panua, Kecamatan Paguat, Kabupaten Pohuwato. Kegiatan ini dihadiri Bupati Saipul A Mbuinga, Wakil Bupati Iwan S Adam, Kepala Resort Cagar Alam Panua Tatang Abdullah, serta Direktur Chateraise Kenji Miyashita.
Gobel menegaskan, burung maleo bukan hanya aset ekologis, tetapi juga memiliki potensi ekonomi melalui pengembangan wisata berbasis konservasi.
“Ini aset kita bersama. Jika populasinya pulih, bukan tidak mungkin burung maleo menjadi daya tarik wisata yang mendatangkan turis mancanegara,” ungkapnya.
Namun demikian, Gobel mengingatkan pentingnya menjaga dua habitat utama maleo, yakni habitat hidup dan habitat bertelur. Ia meminta pemerintah daerah dan masyarakat segera menetapkan kawasan perlindungan agar tidak dirambah permukiman maupun kepentingan bisnis.
“Jangan sampai maleo hanya tinggal nama, entah sebagai nama bandara atau kenangan sejarah. Mari kita buktikan bahwa Gorontalo bisa menjadi benteng terakhir bagi kelestarian burung maleo,” ujarnya.
Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun Google News Metrotvnews.com