Ilustrasi. FOTO: AP
Angga Bratadharma • 21 August 2023 16:43
New Delhi: Reserve Bank of India (RBI) dalam buletin Agustus mengungkapkan tingkat risiko stagflasi, periode pertumbuhan yang lemah, dan inflasi yang tinggi terpantau tetap rendah di India meskipun harga naik tajam.
"Risiko stagflasi tetap rendah untuk India dengan probabilitas hanya tiga persen dengan pelonggaran kondisi keuangan, stabilitas nilai tukar INR/USD, dan harga bahan bakar domestik yang stabil," sebuah studi yang dilakukan oleh bank sentral menunjukkan, dilansir dari The Business Times, Senin, 21 Agustus 2023.
Kenaikan inflasi di Juni bermutasi pada Juli dengan guncangan yang belum pernah terjadi sebelumnya terhadap harga tomat yang meluas ke harga sayuran lainnya, tulis RBI dalam artikel State of the Economy.
Naik tajam ke level tertinggi
Inflasi ritel tahunan India naik tajam ke level tertinggi 15 bulan sebesar 7,44 persen pada Juli dari 4,87 persen bulan sebelumnya, dipicu oleh lonjakan tajam harga sayuran dan sereal. Angka tersebut menembus batas atas kisaran inflasi RBI sebesar 2-6 persen untuk pertama kalinya dalam lima bulan.
Data harga makanan berfrekuensi tinggi untuk Agustus sejauh ini menunjukkan harga sereal dan kacang-kacangan terus meningkat di bulan ini, menurut buletin tersebut. Harga tomat, rata-rata, mencatat kenaikan lebih lanjut, meskipun data yang lebih baru menunjukkan beberapa penurunan harga, tambah RBI.
"Harga bawang dan kentang juga mencatat kenaikan berurutan. Sementara inflasi inti menyaksikan moderasi (pada Juli), inflasi utama diperkirakan rata-rata jauh di atas enam persen pada kuartal kedua," tulis RBI.
Pada tinjauan suku bunga minggu lalu, Komite Kebijakan Moneter mempertahankan suku bunga repo tetap tetapi RBI mengambil langkah-langkah untuk sementara menarik kelebihan likuiditas di sistem perbankan. "Meluapnya likuiditas juga berimplikasi pada stabilitas keuangan berupa potensi gelembung harga aset dan melemahnya standar pinjaman.
"Karena sistem perbankan terlibat dalam menyerap kelebihan likuiditas ini ke dalam ekspansi kredit yang hati-hati, perlu untuk sementara mencegah kelebihan likuiditas agar tidak masuk ke celah," kata RBI.