Apindo: Halau Ketidakpastian Dunia Perlu Sinergi Kuat BI-Pemerintah

Ilustrasi. Foto: Medcom.id

Apindo: Halau Ketidakpastian Dunia Perlu Sinergi Kuat BI-Pemerintah

Media Indonesia • 22 September 2023 13:28

Jakarta: Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) berharap pemerintah dan Bank Indonesia (BI) mampu untuk terus memperkuat sinergi kebijakan menghadapi ketidakpastian global. Intervensi kebijakan baik dari sisi moneter maupun nonmoneter untuk menangkal dampak rambatan perekonomian dunia dianggap menjadi krusial.

"Terkait kebijakan suku bunga Bank Indonesia (BI Rate) dan intervensi lainnya, Apindo berharap berbagai otoritas khususnya BI dan pemerintah dapat bersinergi dalam mengendalikan pelemahan nilai tukar rupiah dan menjinakkan inflasi," kata Ketua Umum Apindo Shinta Widjaja Kamdani saat dihubungi, Jumat, 22 September 2023.

Dia menambahkan, kebijakan suku bunga acuan dan intervensi valuta asing oleh BI juga dipandang perlu seimbang demi menjaga stabilitas nilai tukar rupiah. Itu karena adanya peningkatan ketidakpastian di pasar keuangan global akibat tingkat inflasi dan suku bunga acuan yang tinggi di negara maju.

Melalui keseimbangan kebijakan suku bunga dan intervensi valas, kata Shinta, pelaku usaha meyakini rupiah akan tetap berada dalam level yang stabil meski mengalami tekanan. Hal tersebut juga menurutnya akan berimplikasi positif pada upaya pengendalian inflasi nasional.

Dengan stabilitas mata uang dan inflasi yang terjaga, ekonomi Indonesia diyakini dapat terus melanjutkan momentum pemulihan serta pertumbuhan yang kuat. Karenanya, dunia usaha turut mendukung upaya-upaya yang ditempuh oleh pemerintah dan BI dalam mencapai stabilitas perekonomian tersebut.

"Kami selalu mendukung upaya pemerintah dan BI dalam menjaga keseimbangan ini, sambil memperhatikan dampaknya terhadap sektor usaha. Semoga kebijakan yang diterapkan oleh otoritas kita dapat pula direspons positif oleh pasar," tutur Shinta.

Baca juga: Ekonomi Dunia Diproyeksikan Tumbuh 2,7%
 

BI tahan suku bunga acuan


Sebelumnya, Bank Indonesia kembali mempertahankan BI 7-Days Reverse Repo Rate (BI7DRR) atau suku bunga acuannya di level 5,75 persen. Keputusan itu diambil dengan mempertimbangkan fenomena tingkat inflasi dan bunga acuan bank sentral di banyak negara maju, utamanya AS yang masih berada dalam level tinggi untuk waktu yang lebih lama (higher for longer).

Gubernur BI Perry Warjiyo menyampaikan, sedianya bank sentral memiliki ruang untuk menurunkan tingkat bunga acuan jika hanya mempertimbangkan kondisi perekonomian domestik. Sebab, tingkat inflasi dalam negeri saat ini relatif terkendali dan berada dalam rentang target sasaran BI.

Namun dia menegaskan, banyak hal yang perlu ditimbang untuk memutuskan kebijakan bunga acuan. Terlebih saat ini kondisi perekonomian dan pasar uang dunia sedang mengalami peningkatan ketidakpastian.

"Kalau hanya mempertimbangkan ekonomi domestik, inflasi rendah dan terus akan rendah, tentu saja ada ruangan untuk melihat kembali kebijakan suku bunga BI. Sekaligus untuk mendorong ekonomi."

"Masalahnya adalah global yang sangat tidak menentu. Apalagi sampai sekarang pun dolar semakin menguat. Itu kenapa kebijakan suku bunga dipertahankan. Fokusnya menstabilkan rupiah," ujar Perry menjelaskan.

(M ILHAM RAMADHAN)

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Husen Miftahudin)