Pasukan Korea Utara dalam sebuah parade. Foto: KCNA
Fajar Nugraha • 14 January 2025 19:17
Seoul: Setelah pertempuran di wilayah bersalju di Kursk, Rusia, minggu ini, pasukan khusus Ukraina memeriksa mayat puluhan tentara musuh Korea Utara (Korut) yang terbunuh.
Di antara mereka, mereka menemukan satu orang masih hidup. Namun saat mereka mendekat, ia meledakkan granat dan meledakkan dirinya sendiri, menurut keterangan pertempuran yang diunggah di media sosial oleh Pasukan Operasi Khusus Ukraina pada Senin 13 Januari 2024.
Pasukan tersebut mengatakan tentara mereka lolos dari ledakan itu tanpa cedera. Tetapi media tidak dapat memverifikasi insiden tersebut.
Namun, di antara bukti-bukti yang semakin banyak dari medan perang, laporan intelijen, dan kesaksian para pembelot, beberapa tentara Korea Utara menggunakan tindakan ekstrem saat mereka mendukung perang Rusia selama tiga tahun dengan Ukraina.
"Meledakkan diri dan bunuh diri: itulah kenyataan tentang Korea Utara," kata Kim, mantan tentara Korea Utara berusia 32 tahun yang membelot ke Selatan pada tahun 2022, meminta agar identitasnya hanya disebutkan dengan nama belakangnya karena takut akan pembalasan terhadap keluarganya yang tinggal di Utara.
"Para tentara yang meninggalkan rumah untuk bertempur di sana telah dicuci otaknya dan benar-benar siap mengorbankan diri mereka untuk Kim Jong-Un," tambahnya, seperti dikutip Channel News Asia, Selasa 14 Januari 2025.
Kim, yang diperkenalkan oleh kelompok hak asasi manusia yang berbasis di Seoul, NK Imprisonment Victims' Family Association, mengatakan bahwa dia telah bekerja untuk militer Korea Utara di Rusia selama sekitar tujuh tahun hingga tahun 2021 pada proyek-proyek konstruksi untuk mendapatkan mata uang asing bagi rezim tersebut.
Penilaian Ukraina dan Barat mengatakan, Pyongyang telah mengerahkan sekitar 11.000 tentara untuk mendukung pasukan Moskow di wilayah Kursk di Rusia bagian barat, yang direbut Ukraina dalam serangan mendadak tahun lalu. Lebih dari 3.000 orang telah tewas atau terluka, menurut Kyiv.
Misi Korea Utara untuk Perserikatan Bangsa-Bangsa di Jenewa tidak segera menanggapi permintaan komentar.
Moskow dan Pyongyang awalnya menolak laporan tentang pengerahan pasukan Korea Utara sebagai "berita palsu". Namun, Presiden Rusia Vladimir Putin pada bulan Oktober tidak membantah bahwa tentara Korea Utara saat ini berada di Rusia dan seorang pejabat Korea Utara mengatakan pengerahan semacam itu akan sah secara hukum.
Ukraina minggu ini merilis video yang katanya memperlihatkan dua tentara Korea Utara yang ditangkap. Salah satu tentara menyatakan keinginannya untuk tetap tinggal di Ukraina, dan yang lainnya ingin kembali ke Korea Utara, kata Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy.