Presiden Prabowo Soroti WNI Berobat ke Luar Negeri: Pengeluaran Devisa Sangat Besar

Presiden Prabowo Subianto. (tangkapan layar)

Presiden Prabowo Soroti WNI Berobat ke Luar Negeri: Pengeluaran Devisa Sangat Besar

Kautsar Widya Prabowo • 25 June 2025 21:48

Denpasar: Presiden Prabowo Subianto menyoroti masih tingginya jumlah warga negara Indonesia (WNI) yang mencari layanan kesehatan ke luar negeri. Dia menilai kondisi tersebut menyebabkan pengeluaran devisa negara dalam jumlah besar.

“Kita tadi sudah diberi tahu bahwa begitu banyak WNI yang mencari pengobatan di luar negeri, yang mengakibatkan juga pengeluaran devisa yang sangat besar,” ujar Prabowo saat meresmikan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Kesehatan Sanur dan Bali International Hospital (BIH) di Denpasar, Bali, Rabu, 25 Juni 2025.

Presiden berharap keberadaan KEK Kesehatan pertama di Indonesia dapat menarik minat masyarakat untuk berobat di dalam negeri. Ia optimistis, fasilitas kesehatan yang dilengkapi teknologi maju akan mampu menarik perhatian pasien, termasuk dari luar negeri.

"Indonesia adalah negara besar, negara yang maju dan dinamis. Karena itu, kita juga harus memiliki fasilitas terbaik, agar kita bisa menjadi pusat layanan kesehatan, menerima pasien dari kawasan Asia Tenggara, Pasifik, dan wilayah lainnya," kata Prabowo.
 

Baca Juga: 

Presiden Prabowo Resmikan Pusat Estetika RSUP Ngoerah Sun


Prabowo menyebut peresmian KEK Kesehatan Sanur menjadi langkah konkret pemerintah dalam memberikan pelayanan kesehatan terbaik bagi masyarakat. Ia menyampaikan apresiasi kepada seluruh pihak yang terlibat dalam pembangunan kawasan tersebut.

"Tugas suatu negara adalah melindungi rakyatnya. Melindungi rakyat mencakup semua aspek, terutama kesejahteraan dan kehidupan rakyat. Artinya, rakyat harus dijamin dan dilindungi dari kelaparan serta kemiskinan," tegasnya.

Pada kesempatan yang sama, Menteri BUMN Erick Thohir mengungkapkan sekitar dua juta warga Indonesia masih memilih berobat ke luar negeri setiap tahun.

“Ini kurang lebih menghabiskan hampir Rp150 triliun per tahun,” ujar Erick.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Achmad Zulfikar Fazli)