Pertambangan batu bara. (Pixabay)
Jakarta: Industri batu bara masih menjadi tulang punggung pasokan energi dunia. Permintaan global yang terus meningkat membuat negara-negara produsen batu bara berlomba meningkatkan kapasitas produksinya.
Melansir laporan Statista yang dirilis pada 2004, Indonesia berhasil menembus posisi tiga besar produsen batu bara dunia pada 2022, mengalahkan banyak negara maju. Lalu, siapa saja negara dengan produksi batubara terbesar saat ini?
1. Tiongkok: Raksasa Batu bara Dunia
Tiongkok memimpin daftar produsen batu bara dunia dengan produksi fantastis mencapai 4.170 juta ton pada 2022. Dominasi Tiongkok tak tertandingi, menjadikan negeri ini sebagai pemasok energi global utama sekaligus konsumen terbesar.
Melansir mysteel.net Januari 2025, produksi batu bara Tiongkok menopang lebih dari separuh kebutuhan listrik nasional. Pada 2024, produksi bahkan menembus rekor baru, didorong lonjakan permintaan energi di sektor industri dan pembangkit listrik. Meski sudah mengembangkan energi bersih, sekitar 53% listrik Tiongkok tetap bersumber dari batu bara.
2. India: Permintaan Domestik yang Tinggi
India menempati posisi kedua dunia sebagai produsen
batu bara, dengan produksi resmi mencapai 893 juta ton pada 2022, dan melonjak menjadi lebih dari 1 miliar ton pada tahun fiskal 2024/2025. Pertumbuhan ini didorong oleh permintaan domestik yang sangat besar, terutama untuk pembangkit listrik dan industri baja nasional.
Pemerintah India melalui Coal India Limited (CIL)—perusahaan batu bara terbesar di dunia—berkontribusi sekitar 75% dari total produksi nasional. Tambang swasta dan sektor captive juga menyumbang peningkatan signifikan.
Tingginya produksi domestik berdampak pada penurunan impor batu bara dan penghematan devisa. Pada awal 2025, Menurut pernyataan Kementerian Batu Bara India, negara tersebut mencatat stok batu bara untuk pembangkit listrik nasional mencapai lebih dari 44 juta ton.
3. Indonesia: Penghasil Ekspor dan Rekor Produksi
Indonesia menempati posisi ketiga di dunia pada 2022 dengan produksi 547,4 juta ton. Tak hanya memasok kebutuhan nasional, Indonesia dikenal sebagai eksportir utama batu bara termal ke negara-negara Asia seperti Tiongkok, India, dan Jepang.
Pada 2024, produksi batu bara Indonesia mencapai rekor tertinggi, yaitu 836 juta ton, melampaui target nasional sebesar 710 juta ton, menurut data Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral. Data CEIC dan BP PLC juga mencatat angka produksi 775 juta ton pada akhir 2023, meningkat dari 687 juta ton pada 2022.
Indonesia menjadi pengekspor batu bara termal terbesar di dunia dengan volume ekspor sekitar 504–555 juta ton pada 2023–2024 . Namun, ekspor menurun sebesar 12% dalam periode Januari–Mei 2025 karena permintaan turun dari Tiongkok dan India
Permintaan domestik juga meningkat signifikan—korporasi seperti smelter nikel kini menyerap lebih banyak batu bara, sehingga sekitar 48,6% dari total produksi dialokasikan untuk pasar dalam negeri
4. Amerika Serikat: Pemain Besar di Tengah Transisi Energi
Amerika Serikat memproduksi 496,3 juta ton batu bara pada 2022.
Meski mengalami peningkatan pada 2023, US Energy Information Administration (EIA) mencatat produksi
batu bara AS turun drastis dari 578 juta short tons (MMst) pada 2023 menjadi 512 Juta pada 2024, tertandingi oleh penurunan konsumsi dan permintaan domestik. Tren penurunan ini diperkirakan berlanjut menjadi 483 MMst di 2025 dan 467 MMst di 2026
Penurunan produksi terjadi merata di semua jenis batu bara—anthracite, bituminous, sub-bituminous, dan lignite. Sebagian besar produksi masih berasal dari wilayah Barat, khususnya dari Powder River Basin.
Meski pasokan domestik menurun, ekspor batu bara AS justru meningkat. Pada Juni 2024, ekspor mencapai 10 MMst, tertinggi sejak Oktober 2018 . Total ekspor tahunan diprediksi mencapai 99 MMstl
5. Australia: Pengekspor Batu bara Kualitas Tinggi
Australia menghasilkan 401,9 juta ton
batu bara pada 2022, mayoritas berasal dari tambang di Queensland dan New South Wales. Negeri Kanguru ini dikenal sebagai pengekspor utama batu bara ke pasar Asia, khususnya Jepang, Korea Selatan, dan Tiongkok.
Produksi negara ini kemudian mengalami kenaikan menjadi total produksi 455,8 juta ton batu bara pada 2023.
Selain batu bara termal, Australia juga merupakan pengekspor batu bara kokas (metallurgical coal) terbesar di dunia—penting untuk industri baja global. Pada 2024, ekspor batu bara Australia diproyeksi terus meningkat seiring pembukaan tambang-tambang baru seperti Olive Downs Complex.
6. Rusia: Andalan Energi dan Ekspor
Rusia memproduksi 346,9 juta ton batu bara pada 2022 menurut Statista. Namun, laporan dari media Rusia seperti Interfax mencatat total produksi 443 juta ton pada 2022. Meski begitu Rusia mengalami penurunan produks batu bara menjadi sekita 426 juta ton di 2024.
Mayoritas produksi berasal dari wilayah Kuzbass di Siberia barat daya, yang menyumbang sekitar 60% dari batu bara keras (hard coal) dan 80% batu bara kokas nasional. Namun, ekspor pada 2024 mengalami penurunan sekitar 6%, mencapai 212–213 juta ton, karena tekanan sanksi Barat dan kapasitas rel yang terbatas.
7. Afrika Selatan: Pemasok Regional Penting
Afrika Selatan mencatat produksi 231,2 juta ton batu bara. Namun, Afrika Selatan mencatat produksi 228,5 juta ton
batu bara pada 2023, sedikit turun dari tahun sebelumnya. Sebagian besar batu bara dihasilkan dari wilayah Mpumalanga dengan tambang-tambang besar seperti Matla, Arnot, dan Leeuwpan.
Negara ini masih sangat bergantung pada batu bara, yang memasok sekitar 88% kebutuhan listrik nasional. Namun, Afrika Selatan menghadapi tantangan infrastruktur—terutama keterbatasan jalur kereta api dan pelabuhan—yang berdampak pada penurunan ekspor dan pasokan dalam negeri.
Ekspor batu bara Afrika Selatan mencapai sekitar 54–62 juta ton per tahun melalui pelabuhan Richards Bay Coal Terminal, dengan tujuan utama India dan negara-negara Asia.
Batu bara tetap menjadi komoditas energi vital di banyak negara. Dengan posisi Indonesia di tiga besar dunia, peran Indonesia di pasar energi global semakin penting. Namun, tantangan masa depan seperti transisi energi hijau dan isu lingkungan harus dijawab dengan tata kelola tambang berkelanjutan.