Ilustrasi. Foto: Dok MI
Naufal Zuhdi • 18 June 2025 19:03
Jakarta: Direktur Eksekutif Transisi Bersih Abdurrahman Arum menyebutkan bahwa terdapat dua kriteria sumber daya alam yang berpotensi dimanfaatkan untuk pendanaan Indonesia mencapai Net Zero Emission pada 2060.
"Yang pertama adalah sumber daya alam itu memiliki karakteristik demand yang tidak elastis. Jadi harganya itu, demandnya itu tidak terpengaruh dengan harga, walaupun harganya naik," ujar Abdurrahman di Jakarta, Rabu, 18 Juni 2025.
Kriteria kedua, sambung Abdurrahman, adalah sumber daya alam yang dimiliki Indonesia secara dominan, baik dari sisi cadangan maupun dari jumlah produksi.
"Ada tiga sumber daya alam kita yang memenuhi kedua kriteria tersebut secara maksimal. Yang pertama ada nikel, kedua batu bara dan ketiga adalah Crude Palm Oil (CPO)," beber dia.
Dari sisi volume, lanjut dia, Indonesia mengekspor batu bara 400 juta ton pada 2023-2024. Kemudian, dengan biaya produksi batu bara yang cukup rendah, dan ekspor batu bara Indonesia yang cukup tinggi, batu bara berpotensi bisa menambah sumber Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) melalui pajak ekspor.
Dengan kondisi permintaan batu bara global yang tidak terlalu elastis terhadap harga serta posisi Indonesia sebagai eksportir terbesar di dunia, maka para pengusaha batu bara lokal dapat membebankan sebagian pajak ekspor ke luar negeri. Selain itu, pajak ekspor dapat menurunkan harga batu bara domestik secara alami sehingga memiliki efek yang serupa dengan kebijakan Domestic Market Obligation (DMO).
Melalui simulasi berbasis data 2020–2024, penerimaan dari pajak ekspor batu bara dapat mencapai USD700 juta sampai lebih dari USD5 miliar per tahun. Pendapatan ini dapat dialokasikan secara khusus untuk transisi energi yang berkeadilan.
Baca juga:
Cetak Rekor, Ekspor Air dan Minuman Non-Alkohol RI Tembus USD164,21 Juta |