Indonesia Bersiap Menghadapi Perlambatan Ekonomi karena Tarif AS

Ilustrasi kegiatan ekspor impor. Foto: dok MI/Pius Erlangga.

Indonesia Bersiap Menghadapi Perlambatan Ekonomi karena Tarif AS

Ade Hapsari Lestarini • 4 April 2025 14:54

Jakarta: Para ahli ekonomi Indonesia memperingatkan tarif baru yang diumumkan Amerika Serikat (AS) terhadap produk impor dari Indonesia berpotensi memicu resesi ekonomi pada akhir 2025.

Hal ini karena tarif tersebut dapat memukul sektor ekspor, melemahkan nilai tukar rupiah, berdampak pada pasar saham, dan mengakibatkan pemutusan hubungan kerja.

Melansir Xinhua, Jumat, 4 April 2025, Direktur Eksekutif Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira mengatakan tarif baru sebesar 32 persen yang diberlakukan AS terhadap Indonesia dapat menyebabkan resesi pada kuartal keempat 2025.

Bhima memproyeksikan tarif tersebut akan mengurangi volume ekspor Indonesia ke AS dan berdampak negatif pada pengiriman barang ke negara lain.

"Sektor otomotif, elektronik, pakaian, dan tekstil akan terkena dampak yang cukup besar," ujar Bhima kepada media lokal.


Ilustrasi. Foto: dok MI/Adam Dwi
 

Baca juga: Ekonomi Indonesia Terancam Resesi Gegara Tarif Resiprokal Trump
 

Rupiah akan di bawah tekanan


Analis dari Doo Financial Futures, Lukman Leong, menyatakan nilai tukar rupiah berada di bawah tekanan yang berat menyusul penerapan tarif tersebut pada April.

"Indonesia menghadapi tarif 32 persen. Rupiah akan tetap berada di bawah tekanan berat karena Indonesia termasuk dalam negara-negara yang dikenai tarif timbal balik yang besar," kata dia.

Leong mencatat indeks dolar AS telah menjadi fluktuatif setelah Presiden AS Donald Trump mengumumkan kebijakan tarif timbal balik yang tampak lebih agresif dari yang diperkirakan. "Sentimen pasar saat ini sangat negatif dan cenderung menghindari risiko," tambah dia.

Untuk mencegah depresiasi rupiah yang lebih lanjut terhadap dolar AS, Leong menyarankan Bank Indonesia untuk melakukan intervensi.

Ekonom dari Universitas Paramadina, Wijayanto Samirin, menambahkan, tarif tersebut akan mengikis proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar lima persen, mengganggu pasar saham, dan menyebabkan pemutusan hubungan kerja. "Saham di beberapa sektor ekspor akan menjadi semakin fluktuatif," kata dia.

Selain itu, Wijayanto memperingatkan tarif AS akan menyebabkan hilangnya lapangan kerja di Indonesia, mengingat industri padat karya mendominasi ekspor Indonesia ke AS. (Laura Oktaviani Sibarani)

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Ade Hapsari Lestarini)