Kerusakan akibat serangan AS di Yaman. (Anadolu Agency)
Willy Haryono • 5 April 2025 15:44
Sanaa: Para petinggi kelompok Houthi menghilang dari kehidupan publik di Sanaa, ibu kota dari Yaman, di tengah serangan udara Amerika Serikat (AS) yang diperintahkan Presiden Donald Trump, yang kini memasuki pekan ketiga, kata beberapa sumber di Yaman.
Kepemimpinan tingkat pertama kelompok yang berpihak pada Iran itu diyakini telah meninggalkan ibu kota, yang masih berada di bawah kendali Houthi.
Mengutip dari Asharq al-Awsat, Sabtu, 5 Maret 2025, beberapa petinggi Houthi dikabarkan mencari perlindungan di daerah terpencil di provinsi Saada dan Amran.
Menurut sumber yang mengetahui, para pemimpin Houthi telah memutus saluran komunikasi tradisional dan beberapa telah bersembunyi atau pindah ke lokasi yang dirahasiakan sebagai tindakan pencegahan terhadap kemungkinan serangan AS.
Sejak peluncuran serangan udara AS pada 15 Maret, para pemimpin senior dan menengah Houthi telah menghilang dari pandangan publik dan platform media sosial, kata beberapa sumber Yaman.
Sumber-sumber yang mengetahui hal ini mengonfirmasi bahwa tidak ada jejak dari dua tingkatan kepemimpinan teratas Houthi - baik di lembaga-lembaga yang berada di bawah kendali Houthi di Sanaa, maupun di jalan-jalan dan lingkungan yang pernah mereka kunjungi dengan kendaraan mewah.
Bahkan acara-acara sektarian yang diketahui sering dihadiri para petinggi Houthi dilaporkan berlangsung tanpa kehadiran mereka.
Kelompok Houthi tetap bungkam tentang sejauh mana kerugian manusia dan militer mereka setelah serangan udara AS yang diperintahkan Trump.
Namun, sumber-sumber mengatakan beberapa pemimpin yang bukan anggota keluarga penguasa pemimpin Houthi Abdulmalik al-Houthi diyakini masih berada di Sanaa.
Banyak dari tokoh-tokoh ini telah menerapkan langkah-langkah keamanan yang ketat untuk menghindari deteksi, termasuk bepergian dengan kendaraan dengan jendela gelap dan menutupi wajah mereka dengan jubah ketika meninggalkan tempat tinggal, ujar beberapa sumber kepada Asharq Al-Awsat.
Kewaspadaan tersebut mencerminkan meningkatnya ketakutan akan pengkhianatan atau menjadi sasaran serangan lebih lanjut.
Sebuah sumber di Sanaa mengungkapkan bahwa pejabat tingkat ketiga Houthi—kebanyakan tokoh suku dan pengawas lapangan—diperintahkan untuk melarikan diri ke provinsi utara Saada, Amran, dan daerah lain saat serangan udara AS semakin intensif.
Menurut sumber tersebut, pejabat tingkat menengah Houthi telah kehilangan semua kontak langsung dengan pimpinan senior setelah yang terakhir berpindah lokasi dan memutus jalur komunikasi mereka.
Baca juga: Trump Sebut Pejabat AS Sudah Belajar dari Skandal Kebocoran Rencana Serangan Houthi