Warga Gaza yang kelaparan mengantre makanan. Foto: Anadolu
Fajar Nugraha • 8 August 2025 08:10
Gaza: Sekitar 12.000 anak balita di Gaza menderita malnutrisi akut, dan kematian akibat kelaparan terus meningkat. Angka tersebut diutarakan oleh Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada Kamis 7 Agustus 2025.
"Pada Juli, hampir 12.000 anak balita teridentifikasi menderita malnutrisi akut di Gaza, angka bulanan tertinggi yang pernah tercatat," kata Tedros Adhanom Ghebreyesus di kantor pusat organisasinya di Jenewa, seperti dikutip dari Anadolu, Jumat 8 Agustus 2025.
Setidaknya 99 orang telah meninggal dunia, termasuk 64 orang dewasa dan 35 anak-anak, 29 di antaranya berusia di bawah lima tahun, sejak awal tahun ini hingga 29 Juli.
Antara Juni dan Juli, jumlah pasien yang dirawat karena malnutrisi hampir dua kali lipat –,dari 6.344 menjadi 11.877,– menurut data terbaru UNICEF yang tersedia.
Sekitar 2.500 anak-anak tersebut menderita malnutrisi parah. Tedros menyerukan peningkatan volume bantuan berkelanjutan melalui semua jalur yang memungkinkan.
WHO mengatakan pihaknya mendukung empat pusat malnutrisi di Gaza, tetapi pasokan susu formula bayi dan makanan bergizi sangat rendah.
"Volume pasokan nutrisi secara keseluruhan masih sangat tidak mencukupi untuk mencegah kerusakan lebih lanjut. Pasar perlu dibanjiri. Perlu ada keragaman pangan," kata Rik Peeperkorn, perwakilan WHO untuk Wilayah Palestina yang diduduki, melalui tautan video.
Sebuah lembaga pemantau kelaparan global mengatakan skenario kelaparan sedang terjadi di Jalur Gaza, dengan kelaparan yang meluas, anak-anak meninggal karena penyebab terkait kelaparan, dan akses kemanusiaan ke daerah kantong yang diperangi tersebut sangat dibatasi.
Kantor Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan (OCHA) mengatakan konsumsi makanan di seluruh Gaza telah menurun ke level terendah sejak dimulainya perang.
Delapan puluh satu persen rumah tangga di wilayah pesisir yang kecil dan padat dengan penduduk 2,2 juta jiwa ini melaporkan konsumsi makanan yang buruk, naik dari 33 persen pada April.