Foto Presiden AS Donald Trump (kanan) di samping pengusaha Elon Musk, selama konferensi pers di Ruang Oval Gedung Putih di Washington (Amerika Serikat). 30 Mei 2025. EFE/EPA/EFE/ Francis Chung / POOL
Jakarta: Perseteruan antara miliarder Elon Musk dan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump kembali menjadi sorotan dunia. Kedua tokoh ini sebelumnya sempat menjalin hubungan saling menghormati, terutama selama masa awal pemerintahan Trump ketika Musk sempat tergabung dalam beberapa dewan penasihat presiden.
Namun, seiring berjalannya waktu, hubungan itu memburuk, terutama setelah kebijakan-kebijakan ekonomi dan lingkungan yang kontroversial dikeluarkan oleh Trump.
Puncaknya terjadi pada Kamis, 5 Juni 2025, ketika dalam rentang waktu hanya lima jam, Musk melontarkan berbagai tuduhan terbuka yang langsung menyasar reputasi pribadi, kebijakan, dan integritas Trump. Dari isu skandal seksual, resesi ekonomi, hingga kontradiksi politik masa lalu, serangan Musk memicu kehebohan besar di dunia maya dan media.
Berikut deretan sindiran dan tuduhan Elon Musk kepada Trump yang menuai perhatian luas.
Menyebut Trump Ada di "Epstein Files"
Tuduhan paling eksplosif dilontarkan Musk pada pukul 02.10 WIB (6 Juni). Ia menyinggung nama Trump dalam dokumen kasus perdagangan seks Jeffrey Epstein.
"Saatnya menjatuhkan bom besar: @realDonaldTrump ada dalam berkas Epstein. Itulah alasan sebenarnya mengapa dokumen itu belum dipublikasikan. Semoga harimu menyenangkan, DJT!" ujar Musk, dikutip dari media X pada Kamis lalu.
Tak lama kemudian, Musk menggandakan tuduhannya dengan memposting video Trump berpesta dengan Epstein di tahun 1990-an. Postingan itu diunggah pukul 03.43 WIB (6 Juni) dengan emoji ekspresi curiga.
Menuduh Trump Berbohong soal RUU Pajak
Tuduhan kedua berkaitan dengan RUU "One Big Beautiful Bill" yang didorong oleh Trump. Musk secara terbuka membantah klaim bahwa dirinya mengetahui dan menyetujui isi RUU tersebut yang dengan tegas ditentangnya tersebut.
"Salah, RUU ini tidak pernah ditunjukkan kepadaku bahkan sekali pun dan disahkan secara diam-diam di malam hari begitu cepat hingga hampir tak ada anggota Kongres yang bisa membacanya!" ujar Musk, dikutip dari X pada pukul 23.25 WIB, Kamis lalu.
Beberapa jam setelahnya, ia bahkan mengganti julukan RUU tersebut menjadi "RUU Pengeluaran Jelek."
Menyebut Kebijakan Trump Akan Picu Resesi
Pada pukul 03.26 WIB (6 Juni), Musk menyerang kebijakan tarif yang diberlakukan Trump, menyebutnya sebagai penyebab potensi kehancuran ekonomi nasional.
"Tarif Trump akan menyebabkan resesi pada paruh kedua tahun ini," ujar Musk, Kamis lalu di X.
Pernyataan ini juga diperkuat laporan JPMorgan yang memprediksi peluang resesi sebesar 60% setelah Trump memberlakukan tarif pada 2 April.
Menyebut Trump Munafik Soal Utang
Musk juga menggali unggahan lama Trump di media sosial Twitter dari Januari 2013, di mana Trump kala itu mengkritik keras Partai Republik soal plafon utang:
"Kata-kata yang bijak," tulis Musk sambil menyematkan ulang pernyataan Trump: "Saya tidak percaya Partai Republik memperpanjang plafon utang—saya seorang Republik & saya malu!" (Trump, dikutip ulang Musk pada 5 Juni.
Melansir The Guardian pada Sabtu, 7 Juni 2025, RUU pajak 'Big, Beautiful Bill' yang didukung Trump diperkirakan akan menambah sekitar USD4 triliun ke utang nasional AS dalam satu dekade mendatang.
The Guardian menyebutkan bahwa meskipun Trump dan Partai Republik kerap mengkritik utang semasa kampanye, kebijakan fiskal yang mereka dorong justru mempercepat lonjakan defisit tahunan menjadi lebih dari US$2 triliun.
Kontradiksi ini membuat Musk menyindir bahwa Trump yang dahulu vokal menentang defisit kini justru menjadi kontributor besar utang nasional, menjadikannya munafik di mata publik.
Trump Tidak Bisa Menang Pemilu tanpa Elon Musk dan Gagasan Partai Baru
Dalam rangkaian tweet pada Kamis, 5 Juni 2025, Musk mengklaim bahwa kemenangan Trump dan Partai Republik tidak akan terjadi tanpa dirinya.
"Tanpa aku, Trump akan kalah dalam pemilu, Demokrat akan menguasai DPR dan Partai Republik akan 51-49 di Senat," ujar Musk di X.
Ia menambahkan, "Sungguh tidak tahu berterima kasih."
Tak hanya itu, Musk juga sempat menggagas pembentukan partai politik baru sebagai sindiran terhadap dominasi politik dua partai besar yang disebut "benar-benar mewakili 80% rakyat Amerika Serikat"
Partai tersebut kemudian ia beri nama "Partai Amerika" setelah hasil polling menunjukkan mayoritas pengguna mendukung ide tersebut.
Ancam Hentikan Dragon Spacecraft
Di tengah panasnya konflik, Musk juga mengancam akan menghentikan operasional Dragon spacecraft milik SpaceX.
"Mengingat pernyataan Presiden tentang pembatalan kontrak pemerintah saya, @SpaceX akan mulai menonaktifkan wahana antariksa Dragon segera," tulis Musk, Kamis lalu.
Namun, ancaman itu ia tarik kembali di hari yang sama.
Pada Jumat malam, ketegangan sedikit mereda. Trump mengaku tidak memikirkan Musk, sementara Musk mengatakan akan meminta maaf "secara total" jika dokumen Epstein dipublikasikan penuh. Meski sejumlah posting telah dihapus, jejak digital konfrontasi dua tokoh ini menunjukkan retaknya hubungan yang pernah strategis.