Harga Emas Dunia Diramal Terus Meroket, Bisa Sampai USD3.500/Troy Ons

Emas batangan. Foto: dok Global Bullion Suppliers.

Harga Emas Dunia Diramal Terus Meroket, Bisa Sampai USD3.500/Troy Ons

Insi Nantika Jelita • 13 June 2025 08:34

Jakarta: Research Analyst Mirae Asset Farras Farhan menyatakan optimisme harga emas masih memiliki potensi penguatan seiring meningkatnya ketidakpastian geopolitik dan makroekonomi global. Harga emas global diperkirakan berada di level USD3.500 per troy ons hingga tiga bulan ke depan.
 
"Kami masih optimis harga emas masih bisa menguat ke level USD3.200 hingga 3.500 per troy ons dalam jangka pendek, mengingat tingkat ketidakpastian global yang masih tinggi," ungkap Farras dalam Media Day June 2025, Jakarta, dikutip Jumat, 13 Juni 2025.
 
Harga emas global ditutup pada kisaran USD3.340 per troy ons pada perdagangan kemarin. Angka ini menunjukkan kenaikan signifikan lebih dari 27 persen dibanding akhir 2024 yang berada di sekitar USD2.620 per troy ons.
 
Farras berpendapat sejumlah faktor pendukung penguatan emas antara lain seperti masa suspensi tarif dagang selama 90 hari oleh Presiden AS Donald Trump yang diperkirakan memunculkan ketidakpastian baru dalam kebijakan perdagangan dan politik.
 
Selain itu, permintaan emas diperkirakan akan meningkat menjelang perayaan Diwali di India pada Oktober, sebuah momentum musiman yang kerap mengerek harga emas global.
 
Meski demikian, Farras mengingatkan potensi koreksi harga tetap perlu diperhatikan, terutama menjelang akhir tahun. Menurutnya, peningkatan suplai dari Australia serta potensi penurunan permintaan global bisa menjadi faktor pelemah harga.
 
"Di kuartal III 2025, kami melihat adanya kemungkinan perlambatan harga emas," ucap dia.
 
Salah satu katalis perlambatan harga emas adalah aksi ambil untung (profit taking) oleh pelaku pasar setelah harga menyentuh titik tinggi, yang akan mendorong normalisasi harga.
 

Baca juga: Meski Harga Emas Naik, Pelaku Pasar Tetap Waspada


(Ilustrasi pergerakan harga emas. Foto: dok Bappebti)
 

Risiko geopolitik dan ketidakpastian ekonomi global

 
Senada dengan Farras, Head of Research & Chief Economist Mirae Asset Rully Arya Wisnubroto menjelaskan, risiko geopolitik dan ketidakpastian makroekonomi global tetap menjadi faktor utama penggerak harga emas sejak awal tahun. "Sebagai aset safe haven, harga emas cenderung naik ketika sentimen pasar memburuk," imbuh dia.
 
Terkait isu tarif dagang AS-Tiongkok, Rully memperkirakan pasar hanya akan merespons signifikan jika tarif akhir yang diberlakukan oleh Trump jauh menyimpang dari ekspektasi, yakni 30 persen untuk barang dari Tiongkok dan 10 persen untuk barang dari AS.
 
Dia juga menyoroti dampak dari meredanya tensi perang dagang dalam dua bulan terakhir. Hal ini ditandai dengan melemahnya dolar AS (DXY) dan harga komoditas, yang memicu aksi jual bersih oleh investor asing di pasar saham Indonesia. Pada pekan pertama Juni, tercatat aliran dana asing keluar senilai Rp4,7 triliun, terutama dari saham-saham perbankan besar.
 
Sementara itu, Direktur PT Bumi Resources Minerals Tbk (BRMS) Herwin Hidayat menilai tren kenaikan harga emas dapat menjadi katalis positif bagi emiten terkait logam mulia, termasuk perusahaannya.
 
"Setiap kenaikan harga emas berdampak langsung pada kinerja keuangan kami, terlebih dengan peningkatan kapasitas produksi yang sedang kami lakukan," ungkap Herwin.
 
Pihaknya menargetkan produksi emas BRMS pada 2025 mencapai 70 ribu sampai 75 ribu troy ons, naik dari 64.983 troy ons pada 2024.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com
Viral!, 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(Husen Miftahudin)