Ada Potensi Gempa M 7,1 di Sidrap, Alat Monitoring Malah Dicuri

ilustrasi.

Ada Potensi Gempa M 7,1 di Sidrap, Alat Monitoring Malah Dicuri

Media Indonesia • 18 February 2025 15:55

Sidrap: Peralatan monitoring gempa serta peringatan dini tsunami milik Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) hilang dan rusak. Pencuri mengambil sebanyak enam aki yang digunakan untuk menghidupkan sensor seismograf serta 2 unit panel surya yang terpasang di atas bangunan shelter stasiun SPSI (Sidrap-Indonesia) dirusak. 

Pencuri bahkan membongkar bangunan shelter, masuk ke dalamnya, dan mengambil seluruh baterai (aki) yang berfungsi sebagai sumber daya utama bagi stasiun monitoring gempa.

"Akibat kejadian ini, BMKG terpaksa mencabut seluruh perangkat yang tersisa seperti sensor, digitizer, dan peralatan komunikasi untuk menghindari kerugian lebih besar," uangkap Direktur Gempabumi dan Tsunami BMKG, Daryono, dalam keterangan tertulisnya, Selasa, 18 Februari 2025.

Menurutnya, itu bukan kejadian pertama, sebelummya juga sudah pernah terjadi. Hanya saja, yang terakhir ini, terjadi 12 Februari 2025 sekitar pukul 23.00 Wita di Desa Buae, Kecamatan Watang Pulu, di Kabupaten Sidenreng Rappang (Sidrap), Sulawesi Selatan. 

Dia menerangkan wilayah Sidrap dan sekitarnya terletak di jalur patahan aaktif Sesar Walanae sehingga termasuk daerah rawan gempa. Berdasarkan laporan Pusat Gempa Nasional, Sesar Walanae di Sulawesi Selatan bukanlah sesar mikro, melainkan sesar regional yang dapat memicu gempa hingga magnitudo Magnitudo 7,1.

Baca: 

Menurut peta seismisitas/kegempaan, kawasan Teluk Mandar, Pinrang, Rappang, dan Pare Pare memiliki tingkat aktivitas kegempaan yang sangat tinggi akibat aktivitas Sesar Walanae. Selain gempa bumi, wilayah ini juga berpotensi mengalami dampak ikutan gempa yaitu longsor (landslide), runtuhan batu (rockfall), dan likuifaksi.

Wilayah-wilayah tersebut pernah diguncang gempa dahsyat berkekuatan M 6,0 pada 29 September 1997, yang mengakibatkan 16 orang meninggal, 35 orang luka berat, 50 rumah rusak berat, dan lebih dari 200 rumah rusak ringan. 

Wilayah Sulawesi Selatan juga pernah terdampak tsunami dari Teluk Mandar yang dipicu gempa M 6,3 pada 11 April 1967. Peristiwa ini menyebabkan 58 orang meninggal.

BMKG pun mengimbau, agar tidak mencuri dan merusak peralatan monitoring gempa. Pasalnya, tindakan tersebut bisa membahayakan keselamatan masyarakat.

"Kami memohon dengan sangat kepada masyarakat untuk tidak melakukan vandalisme, perusakan, atau pencurian peralatan BMKG. Jika belum bisa aktif terlibat dalam mitigasi bencana dan pengurangan risiko bencana, setidaknya jangan merusak alat yang bertujuan melindungi keselamatan banyak orang di Sulawesi Selatan," tukas Daryono.

Selain itu, BMKG meminta pemerintah daerah untuk meningkatkan pengamanan peralatan BMKG yang telah dipasang di lokasi strategis demi kepentingan masyarakat Sulsel. "Tidak mudah untuk segera mengganti peralatan yang hilang atau rusak karena peralatan tersebut menggunakan teknologi canggih dengan biaya yang sangat tinggi," ungkapnya. (LN/Lina Herlina)

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Lukman Diah Sari)