Ilustrasi: Medcom.id
Muhammad Reyhansyah • 2 October 2025 19:06
Rabat: Sebanyak dua orang tewas setelah aparat kepolisian melepaskan tembakan ke arah sekelompok massa yang berusaha menyerbu kantor polisi di wilayah selatan Maroko, menurut laporan media pemerintah. Insiden tersebut terjadi di tengah gelombang demonstrasi pemuda yang kerap berujung ricuh dan mengguncang berbagai kota.
Kementerian Dalam Negeri Maroko pada Rabu, 1 Oktober 2025 menyatakan lebih dari 400 orang ditangkap terkait aksi protes yang menuntut reformasi di sektor kesehatan dan pendidikan.
Sementara itu, 263 aparat keamanan serta 23 warga sipil dilaporkan mengalami luka-luka setelah bentrokan pada malam keempat, yang disebut pihak berwenang lebih keras dibanding hari-hari sebelumnya. Para demonstran membakar kendaraan dan menjarah sejumlah toko.
Dikutip dari Al Jazeera, Kamis, 2 Oktober 2025, aksi ini digerakkan oleh kelompok pemuda anonim bernama GenZ 212 yang mengorganisasi protes lewat platform digital seperti TikTok, Instagram, dan aplikasi gim Discord. Melalui poster dan seruan, mereka menyoroti kontras antara investasi miliaran dolar untuk persiapan Piala Dunia 2030 dengan kondisi sekolah serta rumah sakit yang dinilai memprihatinkan.
“Stadion dibangun, tapi di mana rumah sakit?” teriak massa dalam salah satu aksinya, sembari menuding korupsi merajalela dan merugikan masyarakat.
Pada Selasa malam, sejumlah pemuda melemparkan bom molotov, batu, serta mengacungkan senjata tajam, kata juru bicara Kementerian Dalam Negeri. Ia menambahkan, sebanyak 409 orang telah ditahan, sementara gedung administrasi, bank, dan toko menjadi sasaran perusakan di beberapa kota di kawasan Souss, termasuk Ait Amira, Inezgane, Agadir, dan Tiznit, serta di kota timur Oujda.
Video yang diverifikasi Al Jazeera memperlihatkan mesin ATM rusak dan kaca pecah di salah satu bank yang diduga dijarah. Namun, kelompok GenZ 212 melalui pernyataan di media sosial menegaskan penolakan terhadap kekerasan dan menekankan bahwa aksi mereka hanya ditujukan kepada pemerintah, bukan aparat keamanan.
Kementerian Dalam Negeri menyebut 142 kendaraan milik aparat serta 20 mobil pribadi dibakar. Meski demikian, kementerian menegaskan tetap menghormati hak berunjuk rasa sesuai prosedur hukum, dan aparat akan bertindak dengan “menahan diri dan menghindari provokasi”.
Protes besar ini muncul ketika Maroko bersiap menjadi tuan rumah Piala Afrika tahun ini serta menjelang pemilu legislatif 2026. Ketimpangan pembangunan, kualitas layanan publik, dan minimnya peluang bagi generasi muda disebut menjadi pemicu utama kekecewaan.
Meskipun negara itu mencatat pertumbuhan pesat di beberapa sektor, banyak warga merasa tidak merasakan manfaat secara merata. Kondisi ini mengingatkan pada gelombang demonstrasi besar di wilayah Rif pada 2016–2017, yang kala itu juga diwarnai bentrokan dengan aparat.