Tarif Timbal Balik Trump Picu Ketidakpastian Perdagangan Global

Ilustrasi ekonomi global jeblok. Foto: Freepik.

Tarif Timbal Balik Trump Picu Ketidakpastian Perdagangan Global

Husen Miftahudin • 18 March 2025 08:43

New York: Para ahli memperingatkan usulan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump untuk tarif timbal balik menambah ketidakpastian perdagangan internasional.
 
Pada Rabu lalu, mengutip Xinhua, Selasa, 18 Maret 2025, pemerintahan Trump menaikkan tarif baja dan aluminium global menjadi 25 persen dan menetapkan batas waktu 2 April untuk menerapkan tarif timbal balik, mencocokkan tarif AS pada barang-barang asing dengan tarif yang dikenakan negara-negara tersebut pada produk-produk AS.
 
Kebijakan ini dengan cepat memicu tindakan balasan dari Kanada dan Uni Eropa, yang mendorong Trump mengancam akan mengenakan tarif balasan sebesar 200 persen pada produk alkohol dari Uni Eropa.
 
Perkembangan ini, bersama dengan kebijakan tarif 'on-and-off' Trump baru-baru ini terhadap Meksiko dan Kanada, menjadi yang terbaru dalam serangkaian tindakan tarif yang diumumkan oleh Trump di bawah 'Rencana yang Adil dan Timbal Balik'.
 
Hal itu merupakan sebuah memorandum presiden yang ditandatangani Trump pada 13 Februari 2025 untuk mengatasi 'ketidakseimbangan yang sudah berlangsung lama' dalam perdagangan global.
 
Berdasarkan usulan Trump, AS akan menetapkan tingkat tarif yang berbeda untuk berbagai negara berdasarkan penilaian komprehensif atas keterbukaan perdagangan mereka. Namun, banyak ahli berpendapat kebijakan perdagangan tersebut merusak sistem perdagangan global, menciptakan ketidakpastian bagi bisnis global, dan akhirnya berdampak buruk pada ekonomi AS sendiri.
 
"Keputusan untuk menaikkan tarif impor AS secara sepihak, produk per produk, negara per negara, akan menjadi pukulan terbesar Presiden Trump terhadap sistem perdagangan berbasis aturan," kata Chad Bown, seorang peneliti senior di Peterson Institute for International Economics.
 
Dia mengatakan tarif Trump akan melanggar aturan Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) dalam dua cara, pertama, menerapkan tingkat tarif yang berbeda ke negara yang berbeda akan melanggar komitmen anggota WTO untuk tidak melakukan diskriminasi satu sama lain.
 
Kedua, jika Amerika Serikat menaikkan tingkat tarifnya melampaui tingkat maksimum yang telah dinegosiasikan dengan anggota lain, hal itu akan melanggar aturan perdagangan juga.
 

Baca juga: Menkeu AS Sangsi Tidak akan Terjadi Resesi di Bawah Trump


(Presiden AS Donald Trump. Foto: Xinhua/Ting Shen)
 

Ekonomi global hadapi krisis baru

 
Para ekonom pun memperingatkan konsekuensi serius terhadap ekonomi global di tengah ketidakpastian yang ditimbulkan oleh tarif Trump.
 
"Kita sekarang menghadapi krisis baru. Tergantung pada tingkat dan durasi tarif baru AS, dampak ekonominya bisa parah. Ketidakpastian saja sudah menimbulkan kerugian," ucap Gubernur Bank Kanada Tiff Macklem.
 
"Jika dunia memulai jalur menuju perang dagang, ini akan berdampak sangat negatif pada prospek pertumbuhan ekonomi global. Kenaikan tarif dan kuota merupakan guncangan pasokan yang negatif, terutama jika disertai dengan tindakan balasan. Lingkaran setan ini harus dihindari," tutur Wakil Presiden Bank Sentral Eropa Luis de Guindos.
 
Sementara itu, beberapa ahli memperingatkan langkah-langkah seperti itu akan merusak kredibilitas AS dalam negosiasi perdagangan dan melemahkan ekonominya sendiri. Craig Allen, mantan presiden Dewan Bisnis AS-Tiongkok dan sekarang menjadi penasihat senior di Cohen Group di Washington, DC, mencatat ketidakpastian kebijakan perdagangan akan mendorong lebih banyak investasi keluar AS.
 
Menyoroti pertumbuhan yang kuat di pasar-pasar Asia, Allen berpendapat perusahaan-perusahaan AS yang berusaha mendapatkan keuntungan dari pertumbuhan ini justru terdorong untuk berinvestasi di pasar-pasar ini alih-alih melakukan perdagangan dengan mereka karena adanya hambatan perdagangan, yang merugikan pekerja dan perekonomian AS yang lebih luas.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Husen Miftahudin)