Imbas serangan Rusia di Sumy, Ukraina. Foto: Interior Ministry of Ukraine
Fajar Nugraha • 14 April 2025 11:42
Sumy: Setidaknya 34 orang tewas dan 117 orang terluka, termasuk 15 anak-anak, setelah serangan Rusia di pusat kota Sumy, menurut otoritas Ukraina.
Dua rudal balistik varian Iskander menghantam sekitar pukul 10:15 waktu setempat, keduanya menghantam area di sekitar Universitas Negeri Sumy dan pusat kongresnya.
Gambar dan video setelah serangan menunjukkan mayat-mayat berlumuran darah berserakan di jalan-jalan di sekitar lokasi jatuhnya rudal. Setidaknya dua anak tewas.
Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengatakan di antara yang terluka adalah seorang gadis yang lahir tahun ini, seraya menambahkan bahwa petugas medis melakukan "segala yang mereka bisa" untuk menyelamatkan sebanyak mungkin nyawa.
"Serangan itu menghantam tepat di jantung kota pada Minggu Palma," katanya dalam pesan video malam harinya, seperti dikutip BBC, Senin 14 April 2025.
"Hanya sampah yang benar-benar gila yang dapat melakukan hal seperti ini,” imbuh Zelensky.
Moskow belum mengomentari serangan itu secara terbuka. Pihak berwenang Ukraina mengatakan kepada BBC bahwa 20 bangunan rusak, termasuk empat lembaga pendidikan, serta kafe, pertokoan, dan lima gedung apartemen. Sepuluh mobil dan trem juga terkena dampak.
Zelensky menyerukan tanggapan "keras" dari negara lain, seraya menambahkan bahwa "perundingan tidak pernah menghentikan rudal balistik dan bom udara".
"Rusia menginginkan teror seperti ini dan terus berlarut-larut dalam perang ini. Tanpa tekanan pada agresor, perdamaian tidak mungkin terwujud," kata Zelensky.
Menurut BBC Ukraina, pusat kongres universitas tersebut sering digunakan untuk kelas anak-anak, dengan penduduk setempat mengatakan bahwa tempat tersebut merupakan "pusat pendidikan untuk seluruh kota" dan "sangat aktif disewakan untuk berbagai kursus, klub, dan kelas master".
Pejabat di Sumy mengatakan kepada BBC bahwa rudal tersebut berisi bom curah, yang dapat membunuh tanpa pandang bulu di area yang luas. Rudal tersebut menyebabkan kendaraan terbakar dan pohon tumbang di mana kematian tampaknya terkonsentrasi.
Nataliia, yang hanya memberikan nama depannya, sedang membawa anaknya dan anak-anak lainnya ke tempat penampungan ketika serangan kedua menghantam mobilnya.
"Jika kami tidak pindah ke tempat penampungan tepat waktu, kami pasti sudah berada di dalam mobil dan kami pasti sudah mati," kata Nataliia kepada BBC.
Svitlana Smirnova, 51, mengatakan kepada BBC bahwa dia telah lari ke tempat penampungan ketika serangan itu terjadi, setelah menghadiri gereja bersama teman-temannya pada Minggu Palma.
"Seorang teman saya terluka dalam bus yang ditabrak di sini. Dia terluka parah, dia berada di rumah sakit, dioperasi, dia masih tidak sadarkan diri. Dia sedang berkendara dengan putranya yang juga terluka," kata Smirnova.
Serangan hari Minggu itu telah dikecam secara luas oleh para pemimpin dunia.
Keith Kellogg, utusan khusus AS untuk Ukraina, mengatakan, “serangan itu melewati batas kesopanan dan itulah sebabnya Presiden AS Donald Trump bekerja keras untuk mengakhiri perang ini".
Perdana Menteri Inggris Sir Keir Starmer juga mengutuk serangan itu sebagai "mengerikan".
"Presiden Zelensky telah menunjukkan komitmennya terhadap perdamaian, Presiden Putin sekarang harus menyetujui gencatan senjata penuh dan segera tanpa syarat - seperti yang telah dilakukan Ukraina," kata Strmer.
Presiden Prancis Emmanuel Macron mengatakan serangan Sumy menyoroti kebutuhan mendesak untuk memberlakukan gencatan senjata terhadap Rusia.
"Semua orang tahu: perang ini diprakarsai oleh Rusia sendiri. Dan hari ini, jelas bahwa Rusia sendiri yang memilih untuk melanjutkannya - dengan mengabaikan nyawa manusia, hukum internasional, dan upaya diplomatik Presiden Trump," Presiden Prancis itu memposting di X.
Baik Starmer maupun Macron telah bekerja sama dalam rencana untuk apa yang disebut "koalisi yang bersedia" untuk menegakkan kesepakatan damai apa pun di Ukraina.
Serangan itu terjadi setelah utusan AS Steve Witkoff bertemu dengan Presiden Rusia Vladimir Putin di St Petersburg pada Jumat.
Kremlin mengatakan pertemuan itu berlangsung lebih dari empat jam dan difokuskan pada "aspek penyelesaian Ukraina". Pertemuan itu, yang ketiga kalinya antara Witkoff dengan Putin tahun ini, digambarkan oleh utusan khusus Rusia Kirill Dmitriev sebagai "produktif".