Industri Kulit dan Alas Kaki RI Lagi Kendor, Kemenperin Beberkan Alasannya

Ilustrasi industri alas kaki. Foto: MI/Susanto.

Industri Kulit dan Alas Kaki RI Lagi Kendor, Kemenperin Beberkan Alasannya

Husen Miftahudin • 28 May 2025 10:47

Jakarta: Kementerian Perindustrian (Kemenperin) menyampaikan salah satu subsektor yang mengalami kontraksi pada laporan Indeks Kepercayaan Industri (IKI) manufaktur periode Mei 2025, adalah industri kulit, barang dari kulit, dan alas kaki (KBLI 15).

Meskipun secara keseluruhan IKI manufaktur Mei 2025 menunjukkan kinerja positif dengan kembali bertahan pada fase ekspansi yang mencapai level 52,11 pada Mei 2025, namun industri kulit, barang dari kulit, dan alas kaki menjadi sorotan lantaran menjadi salah satu industri padat karya yang menyerap banyak lapangan kerja.

Direktur Industri Tekstil, Kulit dan Alas Kaki Kemenperin Rizky Aditya Wijaya menjelaskan kontraksi yang dialami oleh industri kulit, barang dari kulit dan alas kaki disebabkan adanya kenaikan harga yang terjadi sejak Maret 2025, menyebabkan konsumen domestik menahan konsumsi barang tahan lama seperti alas kaki.

"Selain itu, penurunan Produk Domestik Bruto (PDB) di AS menyebabkan pesanan alas kaki dari Indonesia menurun, sedangkan 43 persen hasil produksi alas kaki Indonesia diekspor," jelas Rizky dalam Rilis IKI Mei 2025 di Jakarta, dikutip dari siaran pers, Rabu, 28 Mei 2025.

Di sisi lain, dampak dari negosiasi tarif resiprokal yang diterapkan oleh AS telah menyebabkan kekhawatiran di kalangan pelaku industri. Sehingga banyak perusahaan yang mengambil sikap wait and see serta pembatalan investasi hingga iklim usaha lebih stabil.

Akan tetapi, meskipun kegiatan produksi berkurang, Rizky menilai masih terdapat optimisme pada sektor industri alas kaki, karena sejak Januari sampai Mei 2025 telah terdapat 12 investasi Penanaman Modal Asing (PMA) baru dengan skala besar masuk ke Indonesia.

Adapun izin investasi ini telah terbit dengan total nilai investasi mencapai Rp8 triliun dengan total kapasitas produksi 64,6 juta pasang alas kaki serta 214,6 juta pasang komponen alas kaki.
 

Baca juga: Kepercayaan Industri Indonesia Masih Ekspansi di Tengah Perang Dagang


(Ilustrasi. Foto: Shutterstock)
 

Bergantung pada kebijakan


Direktur Jenderal Industri Kecil, Menengah dan Aneka (IKMA) Kemenperin Reni Yanita menambahkan, sektor industri kulit, barang dari kulit, dan alas kaki sebagian besar berasal dari unit usaha skala IKM dan memiliki ketergantungan terhadap kebijakan yang pro industri.

"Kebijakan-kebijakan seperti gerakan nasional Bangga Buatan Indonesia dan keberpihakan pemerintah untuk belanja produk lokal, dapat lebih digaungkan dan diwujudkan dalam bentuk membeli produk lokal tersebut," kata dia.

Sepanjang 2025, kinerja industri pengolahan lainnya atau industri aneka (KBLI 32) terus mengalami ekspansi. Menurut Reni, industri aneka merupakan industri yang menghasilkan produk akhir (consumer goods), yaitu sangat rentan dengan kebijakan tidak tepat ataupun daya beli.

Oleh karena itu, sebut dia, kebijakan protektif AS terhadap produk impor Indonesia telah berdampak menciptakan menciptakan iklim usaha yang tidak stabil dan penuh ketidakpastian sebagaimana industri alat musik, bulu mata palsu, dan rambut palsu yang kini mengalami perlambatan.

"Untuk mengatasi perlambatan dan stagnasi yang dialami subsektor tersebut, Kemenperin berupaya meningkatkan permintaan domestik melalui perjanjian dengan mitra, memasifkan penerapan relaksasi TKDN-IK, mendorong akses penjualan secara digital, memfasilitasi pameran, dan mengoptimalisasikan perjanjian dagang antara Indonesia dengan negara lain," papar Reni.

Sementara itu, pada subsektor industri peralatan listrik mengalami penurunan produksi dikarenakan belum optimalnya penyerapan persediaan produk, sehingga masih terdapat stok.

Direktur Industri Elektronika dan Telematika Ronggolawe Sahuri menjelaskan, terdapat beberapa penyebab lain di antaranya yaitu adanya pelemahan daya beli masyarakat, pergeseran prioritas anggaran bagi konsumen yang bersifat musiman, bahan baku yang sulit diperoleh oleh pelaku industri, dan banjirnya produk impor.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Husen Miftahudin)