Ilustrasi minyak dunia. Foto: Dok ICDX
Houston: Harga minyak naik pada Jumat, 18 Juli 2025 melanjutkan kenaikan tajam sesi sebelumnya yang dipicu oleh serangan pesawat tak berawak di ladang minyak Irak. Kenaikan ini karena investor mempertimbangkan sanksi baru Uni Eropa terhadap Rusia.
Melansir Investing.com, Sabtu, 19 Juli 2025, minyak mentah berjangka Brent yang berakhir pada bulan September naik 1,6 persen menjadi USD70,60 per barel dan minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) naik 1,8 persen menjadi USD68,73 per barel.
Uni Eropa setujui sanksi baru terhadap Rusia
Harga minyak mentah naik pada hari Jumat setelah Uni Eropa menyetujui paket sanksi ke-18 terhadap Rusia atas perangnya di Ukraina, yang mencakup langkah-langkah yang bertujuan untuk memberikan pukulan lebih lanjut bagi industri minyak dan energi Rusia.
Paket tersebut, yang dirancang untuk meningkatkan tekanan terhadap Moskow di tengah negosiasi perdamaian yang mandek, juga mencakup rencana pengurangan batas harga G7 untuk ekspor minyak Rusia.
Investor sedang menunggu berita dari AS tentang kemungkinan sanksi lebih lanjut, setelah Presiden Donald Trump awal pekan ini mengancam akan memberikan sanksi kepada pembeli ekspor Rusia kecuali Moskow menyetujui kesepakatan damai dalam 50 hari.
(Ilustrasi. Foto: Freepik)
Serangan ke Irak memicu kekhawatiran pasokan
Harga minyak menguat pada hari Kamis di tengah ancaman gangguan pasokan yang kembali muncul akibat serangan pesawat nirawak yang terus berlanjut terhadap ladang minyak Kurdi Irak, yang dilaporkan dilakukan oleh milisi yang didukung Iran.
Meskipun demikian, pemerintah federal Irak mengumumkan kesepakatan untuk melanjutkan ekspor minyak mentah dari Kurdi Irak ke Turki setelah penghentian selama dua tahun. Meskipun Pemerintah Daerah Kurdistan belum mengonfirmasi rencana tersebut, langkah ini menandakan kemajuan dalam perundingan antara Baghdad dan Erbil.
Data dari Badan Informasi Energi AS (EIA) minggu ini menunjukkan bahwa persediaan minyak mentah AS turun sebesar 3,9 juta barel, lebih besar dari ekspektasi analis sebesar 1,8 juta barel, yang mengindikasikan pengetatan kondisi pasar.
Sebelumnya, Organisasi Negara-Negara Pengekspor Minyak (OPEC) mempertahankan proyeksi permintaan minyaknya untuk tahun 2025 dan 2026, menyatakan optimisme bahwa ketegangan perdagangan global akan mereda dalam beberapa bulan mendatang.
Harga minyak naik hampir tiga persen pekan lalu karena Badan Energi Internasional (IEA) menyoroti ketatnya pasar minyak dunia.
Meskipun kenaikan produksi OPEC+ lebih tinggi dari perkiraan, pasar minyak dunia mungkin lebih ketat daripada yang terlihat, ungkap OPEC pekan lalu, karena kilang-kilang minyak meningkatkan pemrosesan untuk memenuhi permintaan perjalanan musim panas.