10 Tradisi Unik Menyambut Ramadan di Indonesia

Cucurak. (Dok. Kemenparekaf)

10 Tradisi Unik Menyambut Ramadan di Indonesia

Riza Aslam Khaeron • 25 February 2025 11:38

Jakarta: Ramadan 2025 diperkirakan akan dimulai pada bulan Maret. Sebagai negara dengan populasi Muslim terbesar di dunia, Indonesia memiliki beragam tradisi dalam menyambut bulan suci ini. Setiap daerah memiliki cara khas untuk menyambut Ramadan yang telah diwariskan secara turun-temurun.

Melansir Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) pada Jumat, 15 Maret 2024, tradisi menyambut Ramadan di Indonesia memiliki makna mendalam, seperti menyucikan diri, berdoa, memohon maaf, dan mempererat silaturahmi. Berikut adalah sepuluh tradisi unik yang dilakukan masyarakat Indonesia dalam menyambut Ramadan:
 

1. Nyorog (Jakarta)

Nyorog adalah tradisi masyarakat Betawi yang dilakukan dengan mengirimkan makanan kepada anggota keluarga yang lebih tua atau tokoh masyarakat. "Tradisi nyorog bukan sekadar membagikan makanan, tetapi juga bentuk penghormatan dan mempererat tali silaturahmi," melansir Kemenparekraf pada Jumat, 15 Maret 2024.
 

2. Cucurak (Jawa Barat)

Di daerah Jawa Barat, masyarakat Sunda memiliki tradisi Cucurak, yaitu berkumpul bersama keluarga besar dan makan bersama dengan alas daun pisang. Menu khas yang disajikan adalah nasi liwet, tempe, ikan asin, sambal, dan lalapan. "Cucurak menjadi momen untuk bersyukur atas berkah yang diberikan Allah SWT," menurut Kemenparekraf.
 

3. Padusan (Yogyakarta)

Padusan adalah tradisi mandi besar yang dilakukan oleh masyarakat Yogyakarta sebelum Ramadan sebagai simbol penyucian diri, baik secara fisik maupun spiritual. "Padusan bukan hanya ritual mandi, tetapi juga refleksi diri agar dapat beribadah dengan hati yang bersih," mengutip Kemenparekraf pada Jumat, 15 Maret 2024.
 

4. Marpangir (Sumatra Utara)

Masyarakat Sumatra Utara memiliki tradisi Marpangir, yaitu mandi menggunakan air yang dicampur dengan berbagai dedaunan dan rempah seperti pandan, serai, mawar, dan jeruk purut. "Tradisi ini dilakukan sebagai simbol pembersihan sebelum memasuki bulan suci Ramadan," menurut Kemenparekraf.
 

5. Malamang (Sumatra Barat)

Malamang adalah tradisi masyarakat Minangkabau dalam menyambut Ramadan dengan membuat lemang, yaitu makanan dari beras ketan yang dimasak dalam bambu. "Selain sebagai tradisi kuliner, Malamang mempererat kebersamaan antarwarga," mengutip Kemenparekraf.
 
Baca Juga:
Ramadan Momentum Mendulang Pahala Melalui Ibadah Umrah
 

6. Meugang (Aceh)

Di Aceh, tradisi Meugang dilakukan dengan memasak daging sapi, kambing, atau kerbau untuk disantap bersama keluarga dan anak yatim. Tradisi ini telah berlangsung sejak Kesultanan Aceh pada abad ke-14. "Meugang bukan hanya soal makan daging, tetapi juga wujud kepedulian dan berbagi dengan sesama," menurut Kemenparekraf.
 

7. Mattunu Solong (Sulawesi Barat)

Mattunu Solong adalah tradisi masyarakat Polewali Mandar yang dilakukan dengan menyalakan lampu minyak dari biji kemiri yang diletakkan di bambu. "Lampu ini dinyalakan sebagai simbol doa dan harapan agar Ramadan penuh berkah," mengutip Kemenparekraf.
 

8. Megibung (Bali)

Di Karangasem, Bali, umat Muslim memiliki tradisi Megibung, yaitu makan bersama dalam satu lingkaran dengan sajian nasi dan lauk dalam wadah besar. "Megibung mengajarkan kebersamaan dan kesederhanaan dalam menjalani bulan suci Ramadan," menurut Kemenparekraf.
 

9. Papajar (Jawa Barat dan Banten)

Papajar, yang juga dikenal sebagai cucurak di beberapa daerah, merupakan tradisi yang dilakukan oleh masyarakat Jawa Barat dan Banten sebelum Ramadan. Mengutip Medcom pada Jumat, 1 Maret 2024, "Papajar berasal dari kata mapag pajar atau menjemput fajar pertama dalam bulan Ramadan."

Tradisi ini biasanya diisi dengan makan bersama keluarga atau teman, berdoa, dan saling bermaafan sebagai bentuk kebersamaan dalam menyambut bulan suci.
 

10. Pawai Obor (Pontianak dan Berbagai Daerah)

Pawai obor merupakan tradisi yang dilakukan masyarakat di berbagai daerah di Indonesia, termasuk Pontianak, dalam menyambut Ramadan. Mengutip jurnal Progressio oleh Fathurrozi, pawai obor dilakukan oleh masyarakat Kota Pontianak dengan berjalan mengelilingi kota membawa obor yang dinyalakan dari halaman Masjid Raya Mujahiddin.

"Tradisi pawai obor mencerminkan kegembiraan dan kesiapan masyarakat dalam menyambut bulan suci Ramadan," tulis Fathurrozi.

Tradisi menyambut Ramadan di Indonesia mencerminkan kekayaan budaya dan nilai kebersamaan masyarakat Muslim di berbagai daerah. Dari Nyorog di Jakarta hingga Papajar di Jawa Barat, setiap tradisi memiliki makna mendalam dalam menyucikan diri, mempererat silaturahmi, dan bersyukur atas datangnya bulan suci.

Dengan melestarikan tradisi ini, umat Muslim di Indonesia terus menjaga identitas budaya dalam menjalankan ibadah Ramadan.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Surya Perkasa)